Sabda Hidup
Jumat 11 Desember 2020, Jumat Pekan Advent II
“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”
(Mat 11: 16 – 19)
Seorang kakek bersama cucunya yang masih kecil sedang menuntun seekor kuda tua, menuju rumah mereka. Ketika melintasi perkampungan, orang-orang berkomentar: “Bodoh sekali mereka ini, cape-cape jalan kaki menuntun seekor kuda. Mengapa kuda itu tidak dinaiki?”
Mendengar komentar orang-orang itu, maka kakek itu naik ke atas kuda dan cucunya berjalan kaki sambil menuntun kuda itu.
Setelah cukup lama berjalan, mereka mendengar lagi orang-orang berkomentar: “Orang tua tidak tahu malu, membiarkan anak kecil sengsara berjalan kaki sedangkan dia sendiri enak-enak di punggung kuda.”
Maka, turunlah kakek itu dari kudanya, dan ia menaikkan cucunya ke punggung kuda, sedangkan ia sendiri berjalan kaki menuntun kuda itu.
Setelah beberapa waktu berjalan, mereka mendengar komentar lagi: “Dasar cucu kurang ajar! Membiarkan kakeknya yang sudah tua berjalan kaki, sedangkan ia sendiri enak-enak naik kuda!”
Maka naiklah kakek itu ke punggung kuda dan berdua mengendarai kuda itu bersama cucunya. Setelah beberapa waktu berjalan, mereka mendengar komentar lagi: “Aduh… mereka ini tidak punya hati! Kuda sudah tua dinaiki berdua. Itu suatu penyiksaan!”
Mendengar komentar itu, akhirnya mereka berdua menggotong kuda itu menuju rumah mereka…….
Sahabat-sahabat, jika kita mau, sangat mudah bagi kita menemukan kesalahan pada sesama. Bukankah kita masing-masing memiliki kelemahan dan hal itu tidak sulit ditemukan? Bahkan orang yang terbaik pun mempunyai kelemahan.
St. Yohanes Pembaptis, seorang nabi besar, ia mempersiapkan jalan bagi Sang Juruselamat.
Untuk itu ia menyerukan pertobatan dan pembaharuan. Ia hidup dalam kesederhanaan, berpakaian bulu onta dan mencukupkan diri dengan madu dan belalang gurun. Apa kata orang tentang dia? Ia kerasukan setan!
Ketika Yesus tampil di depan umum, sering terlihat dengan orang-orang berdosa, orang-orang terbuang dan terpinggirkan, makan minum bersama mereka, apa yang mereka katakan? Seorang pelahap dan pemabuk, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa!
Bagaimana dengan kita sekarang? Para pencari kesalahan selalu bersama kita. Akan menjadi bencana jika kita menjalani hidup hanya untuk menyenangkan mereka. Kita harus berpegang pada kebaikan dan kebenaran, seperti Yohanes, seperti Yesus. Di lain pihak, kita percaya bahwa ada kebaikan dalam diri setiap orang dan membantu mereka untuk mewujudkannya. Kejahatan dalam segala bentuknya harus kita tolak, dan menjadi kewajiban kita untuk menumbuhkan kebaikan, nilai-nilai Kerajaan Allah dengan gembira.
Thomas A. Kempis pernah berkata: “Be not angry that you cannot make others as you wish them to be, since you cannot make yourself as you wish to be. Jangan marah bahwa kamu tidak dapat membuat orang lain seperti yang engkau inginkan, sebab kamu tidak dapat membuat dirimu sendiri seperti yang kamu inginkan.”
Bacaan Misa hari ini: Yes. 48:17-19; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Mat. 11:16-19