Remah Harian

PEMIMPIN DAN KOMUNITAS YANG MELAYANI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 20 Agustus 2022, Sabtu Pekan Biasa XX, Peringatan St. Bernardus
Bacaan: Yeh. 43:1-7aMzm. 85:9ab-10,11-12,13-14Mat. 23:1-12

“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Seba b itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka.”

(Mat 23: 2 – 3)

Konteks perikope Injil ini adalah hari-hari terakhir hidup-Nya di Yerusalem, hari-hari yang penuh dengan serangan terhadap pribadi Yesus. Ia diserang oleh para pemimpin agama Israel. Yesus menantang mereka, menyebut mereka munafik dan secara publik menegur mereka dengan keras karena mereka hanya memperhatikan kepentingan diri mereka sendiri ketimbang melayani dan menggembalakan Umat Pilihan Allah.

Ada tiga dosa dari para Ahli Taurat dan para Farisi. Pertama, mereka tidak melaksanakan apa yang mereka ajarkan. Mereka tidak mempunyai integritas hidup dan gagal melaksanakan apa yang mereka ajarkan, yakni keadilan, belas kasih dan cinta. Kedua, mereka secara berlebih membebani umat. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dalam perhatian yang berlebihan terhadap hukum Allah, membaginya menjadi 613 butir hukum Taurat dan ribuan aturan-aturan mengenai setiap gerak umat, dan dengan demikian membuat hukum Tuhan itu beban yang berat. Ketiga, mereka melakukan semua pekerjaan supaya dilihat orang. Yesus menuduh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mencari kemuliaan yang seharusnya hanya milik Allah. Mereka mengekspresikan gila hormat atas macam-macam cara sehingga megubah Yudaisme menjadi agama kesombongan. Hal itu dilakukan antara lain dengan memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, suka duduk di tempat terhormat di perjamuan dan di tempat ibadah. Mereka suka dihormati di pasar dan suka dipanggil rabi.

Bagaimana dengan kita? Kita membutuhkan pemimpin-pemimpin-pelayan dalam komunitas kita. Gereja adalah komunitas yang melayani di mana mereka yang lapar dan haus dipuaskan; mereka yang kurang pengetahuan diajar; mereka yang sakit diperhatikan; yang sedih mendapatkan penghiburan; dan yang terbebani dibebaskan. Maka para pemimpin haruslah mempunyai semangat redah hati dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

“For leadership there is only one road: service. There is no other way. If you have many qualities , the ability to communicate, etc. , but you are not a servant, your leadership will fail, it is useless, it has not power to gather [people] together… Leadership must enter into service, but with a personal love for the people.”

“Untuk kepemimpinan hanya ada satu jalan: pelayanan. Tidak ada jalan lain. Jika anda mempunyai banyak kualitas, piawai dalam berkomunikasi, dsb., tetapi jika anda bukan pelayan, kepemimpinan anda akan gagal, tak berguna, tak memiliki kekuatan untuk mengumpulkan [orang]… Kepemimpinan harus masuk dalam pelayanan, tetapi dengan kasih bagi mereka yang dipimpin.”

Paus Fransiskus, 12 Mei 2014

Suatu kali Paus Fransiskus juga berkata: “Suatu kali saya mendengar cerita tentang seorang pastor paroki: Dia tahu nama semua umat di wilayahnya, bahkan nama anjing-anjing yang ada di sana! Itu sangat indah! Ia dekat, mengenal masing-masing umat, tahu sejarah keluarga-keluarga di wilayahnya, ia tahu semua. Dan dengan itu ia membantu. Ia dekat dengan umat, melayani, rendah hati, sederhana dan rela berkorban.”

Kita perlu menghidupi iman yang kita katakan. Iman kita mengatakan bahwa kita semua adalah saudara, anak-anak dari Bapa yang sama di surga. Maka kita harus saling mendoakan. Ketimbang mengadili para miskin, kita harus melayani mereka baik secara langsug maupun melalui usaha-usaha kita menegakkan keadilan ekonomi. Sebagai anak-anak Allah, tidak ada perbedaan ras, rambut lurus, keriting, kulit gelap, kulit terang, semua adalah anak-anak dari Bapa yang sama. Maka kita harus menentang rasisme dan menegakkan keadilan. Masih ada banyak hal yang dapat kita lakukan sehingga Kerajaan Allah mulai menjadi nyata.

Kita perlu menerima tanggungjawab sesuai dengan panggilan kita. Marilah kita menggunakan apa saja yang kita miliki agar Tuhan semakin dimuliakan, dengan melayani anak-anak-Nya.

Orang kudus kita hari ini, St. Bernardus pernah berkata, “Jalan menuju neraka diaspal dengan niat baik.” Semoga niat-niat baik kita tidak hanya berhenti dalam kata-kata dan pikiran tetapi menjadi tindakan nyata.

Author

Write A Comment