Sabda Hidup
Sabtu, 29 Agustus 2020, Peringatan Wafatnya Yohanes Pembaptis
“Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia….. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.” (Mrk 6: 17 – 19; 27).
Di banyak gedung gereja, kita jumpai kaca patri atau lukisan Yohanes Pembaptis sedang membaptis Yesus. Tidak terlalu lama setelah perjumpaan itu, keduanya dibunuh oleh kekuasaan Roma. Yesus disalibkan atas perintah Pontius Pilatus, Gubernur Roma di Yudea, dan Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya atas perintah Herodes Antipas yang memerintah Galilea sebagai boneka penjajah Roma.
Dalam apa yang terjadi terhadap Yohanes Pembaptis, Yesus telah melihat apa yang akan terjadi pada diri-Nya sendiri. Herodes dieksekusi karena menantang Herodes yang bertindak melawah hukum Yahudi dengan mengambil istri Filipus saudaranya, menjadi istrinya. Yohanes adalah seorang saksi kebenaran yang luar biasa.
Dalam narasi yang kita baca, ia berdiri tegak sebagai terang melawan kegelapan “trinitas yang tidak suci”: Herodes, Herodias, dan puteri Herodias. Mereka bertiga “berhasil” menyingkirkan seorang yang disebut oleh Kitab Suci sebagai “seorang yang benar dan suci” (Mrk 6: 20), seperti Yesus, yang adalah “kebenaran” juga akan dilenyapkan oleh persekongkolan kegelapan lainnya.
Nampaknya, terang memang lebih nampak bersinar dalam kegelapan. Terang kehadiran Tuhan bersinar dalam kegelapan kita, dalam pengalaman gelap dan sulitnya kehidupan. Yesus sendiri menyebut Yohanes sebagai “pelita yang menyala dan bercahaya” (Yoh 5: 35). Yohanes Pembaptis adalah inspirasi bagi kita agar terang iman kita, terang Injil, bersinar, meski membuat kita tidak nyaman dan tidak populer. Panggilan kita adalah membiarkan terang yang telah kita terima saat kita dibaptis, bersinar terang, setiap saat. Dalam ensiklik pertamanya, “Lumen Fidei”, “Terang Iman”, Paus Fransiskus berkata: “ada kebutuhan mendesak untuk melihat kembali bahwa iman adalah terang, sebab sekali saja nyala iman kita padam, terang yang lain mulai redup. Terang itu, yang sunggh kuat, tidak datang dari diri kita sendiri, tetapi dari sumber yang lebih asali: ia datang dari Allah.”
Semoga kita, seperti Yohanes Pembaptis, menjadi pelita yang menyala dan bercahaya setiap saat.
Bacaan Misa hari ini: Yer. 1:17-19; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17; Mrk. 6:17-29.
Direnungkan dari perspektif yang berbeda: