Remah Harian

PEDULI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup
Selasa, 16 Maret 2021, Selasa Pekan Prapaskah IV

“Ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.  Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?”  Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”  Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah. ” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itulalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.”

(Yoh 5: 5 – 9)

Bayangkan sudah 38 tahun lamanya, setiap hari ia berada di pinggir kolam Betesda, menunggu air bergoncang, berharap untuk mendapatkan kesembuhan. Dan selama itu tidak ada seorangpun yang peduli untuk membantunya mencapai air yang menyembuhkan itu! Setiap orang yang berada di situ hanya memperhatikan kepentingannya sendiri untuk disembuhkan. Pertanyaan Yesus kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” (Yoh 5: 6), tentu suatu pertanyaan yang sungguh dinantikan. Yesus, Sumber Air Hidup, menyembuhkan orang itu.

Saat ini, ketika setiap orang mendambakan kesehatan, berusaha agar tidak tertular COVID-19, apakah kita juga tidak peduli dan hanya memperhatikan kepentingan sendiri? COVID-19 menjadi pengingat, bahwa kita semua sama, entah apapun budaya, agama, pekerjaan, status, kondisi ekonomi, pendidikan, ras; kita semua sama di hadapan virus ini. Ia menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu. Kita diingatkan bahwa kita terhubung satu sama lain. Sesuatu yang menimpa salah seorang sesama kita akan mempengaruhi yang lain. Kita diingatkan betapa berharganya kesehatan kita dan betapa kita telah lama mengabaikannya. Kita diingatkan betapa berharganya keluarga kita, ketika kita “dipaksa” kembali ke rumah-rumah kita dan menjadikannya rumah cinta. Kita diingatkan bahwa karya kita yang sejati bukanlah pekerjaan kita, tetapi karya kita yang sejati adalah saling menjaga, saling melindungi, mengusahakan kebaikan bersama.

“Pandemi saat ini memungkinkan kita untuk mengenali dan menghargai sekali lagi semua orang di sekitar kita yang, di tengah ketakutan, merespons dengan mempertaruhkan nyawa. Kita mulai menyadari bahwa hidup kita saling terjalin dan ditopang oleh orang-orang biasa yang dengan gagah berani membentuk peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah bersama kita: dokter, perawat, apoteker, penjaga toko dan pekerja supermarket, petugas kebersihan, pengasuh, pekerja transportasi, pria dan wanita yang bekerja untuk menyediakan layanan penting dan keamanan publik, relawan, imam dan religius… Mereka memahami bahwa tidak ada yang diselamatkan sendirian.”

Fratelli Tuti no. 54

Kita berterima kasih bagi mereka yang telah mempertaruhkan nyawa bagi sesama di masa pandemi ini. Kita juga bertanya, bagaimana mewujudkan kepedulian kita?

Bacaan Misa hari ini: Yeh. 47:1-9,12Mzm. 46:2-3,5-6,8-9Yoh. 5:1-16.

Author

Write A Comment