Remah Harian

PAKAIAN RAHMAT

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 18 Agustus 2022, Kamis Pekan Biasa XX
Bacaan: Yeh. 36:23-28Mzm. 51:12-13,14-15,18-19Mat. 22:1-14

“Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”

(Mat 22: 12 – 14)

Perumpamaan tentang perjamuan nikah dalam Injil hari ini adalah salah satu dari tiga perumpamaan yang Yesus ceritakan di Bait Suci Yerusalem, selama pekan terakhir kehidupan publiknya. Yang pertama adalah perumpamaan tentang dua anak (Mat 21: 28 – 32) dan yang kedua adalah perumpamaan tentang para penggarap-penggarap di kebun anggur (Mat 21: 33 – 46).

Perumpamaan itu ditujukan kepada imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. Dengan menceritakan perumpamaan tersebut di Bait Suci Yerusalem dua hari sebelum penangkapan-Nya, Yesus menunjukkan kepada para pemimpin agama dan bangsa Yahudi bahwa mereka telah menolak undangan Tuhan ke perjamuan surgawi yang diberikan oleh Anak Allah kepada merekaf. Mereka telah melakukan penolakan dengan tidak mendengarkan Kabar Baik yang diberitakan oleh Yesus dan dengan tidak mengubah hidup mereka. Undangan itu telah berulang kali disampaikan kepada bangasa Israel melalui para nabi, termasuk Yohanes Pembaptis. Tetapi dengan menolak bahwa Yesus adalah penggenapan dari semua nubuat, mereka telah menolak untuk menerima undangan Tuhan untuk hidup benar (diberikan melalui Yohanes Pembaptis, dan sekarang melalui Yesus), dan bahkan mereka berencana untuk membunuh Yesus. Oleh karena itu, Tuhan mengundang orang-orang lain, orang-orang berdosa dan bangsa-bangsa bukan Yahudi ke perjamuan-Nya.

Ada satu detail menarik dalam perumpamaan tersebut, yang membutuhkan waktu cukup lama bagi saya untuk menerka: mengapa sang raja begitu marah terhadap orang yang memasuki pesta pernikahan itu tanpa pakaian pesta yang pantas? Jika orang-orang yang memenuhi bangsal perjamuan bukanlah tamu yang awalnya diundang tetapi orang yang lewat dan digiring ke tempat itu, apakah Anda mengharapkan orang-orang itu berpakaian dengan benar untuk perjamuan itu?

Di sini, bagaimanapun, adalah nada budaya. Pernikahan Palestina disiapkan tidak hanya dengan makanan dan minuman yang mewah, tetapi pihak-pihak terkait dengan pernikahan juga bersusah payah mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan para tamu untuk acara tersebut. Saat tamu tiba untuk pernikahan, mereka diminta untuk mengenakan pakaian yang disiapkan oleh tuan rumah.

Orang itu jelas tidak mengenakan pakaian yang diberikan kepadanya. Jadi, seperti dikatakan dalam perumpamaan itu, dia diam saja. Ia tidak punya jawaban untuk raja – tidak ada alasan, tidak ada alibi. Mungkin, dia tidak suka modelnnya, gaya, atau warna pakaian itu. Dan ini merupakan penghinaan bagi raja yang mempersiapkan seluruh perjamuan itu.

Tuhan ingin kita tidak hanya datang dan melayani Dia. Dia ingin kita datang dan melayani Dia menurut cara dan kehendak-Nya. Inilah yang membuat pelayanan kita berkenan kepada-Nya – bukan karena kita melakukan sesuatu menurut standar kita, tetapi menurut standar Tuhan.

Meskipun keselamatan kita adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, itu tidak berarti tanpa persyaratan apa pun dari pihak kita. Pertobatan sejati adalah salah satu syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan. Sekali lagi, kita tidak menemukan kasih karunia yang murahan dalam ajaran Yesus. Kita perlu terus mengenakan pakaian pesta kekudusan dan kebenaran, keadaan rahmat, sepanjang waktu dan menghargai dan memanfaatkan persediaan rahmat Tuhan di Gereja. Kita telah menerima “pakaian pesta” rahmat pengudusan dalam Pembaptisan , dan kita menerima rahmat tambahan untuk mempertahankannya melalui Sakramen-Sakramen lainnya. Bagaimanakah penghargaan kita terhadap semuanya itu?

Author

Write A Comment