Remah Harian

OUT OF THE BOX

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 21 November 2020, Peringatan Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah

“Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”

(Luk 20: 37 – 38)

Suatu hari seorang anak beradu argument dengan seorang atheis tentang Nabi Yunus. Anak itu berkata: “Guru Sekolah Minggu kami mengatakan, karena kuasa Allah nabi Yunus bisa hidup tiga hari di dalam perut ikan.” Si Atheis melawan: “Mana mungkin manusia bisa hidup tiga hari dalam perut ikan. Jangankan tiga hari, satu jam saja tidak mungkin!” Si Anak itu mengatakan: “Itu kan tertulis dalam Alkitab.”

Si Atheis tidak mau kalah berargumen: “Itu juga tidak masuk akal!” Dengan sedikit lembut anak itu mengatakan: “Suatu hari nanti kalau saya sudah meninggal, saya akan tanya Nabi Yunus di sorga.” Si Atheis menimpali: “Bagaimana kalau ternyata Nabi Yunus ada di neraka?” Kali ini dengan suara tegas anak itu menjawab: “Oh kalau begitu, kamulah yang bertanya kepadanya!”

Seorang yang berpikiran sempit biasanya cenderung untuk mengadili, selalu merasa benar, perbedaan selalu dilihat sebagai ancaman, terjebak dalam kebiasaan mereka, terlalu mudah mengeneralisasi, mudah tersinggung, sulit untuk mempercayai orang lain, mudah menyerah, dan mempunyai “agenda” tersembunyi.

Menjadi berbeda akan selalu menjadi ancaman bagi pemahaman orang-orang dengan pikiran yang tertutup. Namun, perkembangan dunia dibangun di atas perbedaan, perubahan dan pemikiran yang terbuka, out of the box.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang Saduki yang berpikiran tertutup. Menurut mereka, kepercayaan terhadap kebangkitan tidak tertulis secara eksplisit dalam Hukum Musa. Menurut mereka, itu hanya deduksi dari para penafsir hukum. Tetapi ada sesuatu di balik ketidakpercayaan mereka terhadap kebangkitan. Pada masa Yesus, para Saduki adalah kelompok eksklusif yang terdiri dari orang-orang terkemuka dalam masyarakat Yahudi: orang-orang kaya, para bangsawan dan para imam. Maka mereka hidup seperti “sapi-sapi gemuk” yang hidup enak dan mewah. Mereka hidup serba kecukupan, tak ada kebutuhan-kebutuhan lain lagi. Jika mereka hidup seperti itu, untuk apa memikirkan kebangkitan? Bagi mereka, jika ada kehidupan setelah mati, itu hanya kelanjutan dari kehidupan duniawi. Oleh sebab itu, untuk meng-counter pertanyaan mereka (olok-olok mereka) Yesus mengatakan bahwa Musa juga menulis bahwa Allah yang menyatakan kehadiran-Nya dalam semak bernyala mengatakan kepada Musa bahwa Ia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub (Keluaran 3: 6). Jika Abraham, Ishak, Yakub sudah lama mati, kenapa Musa menulis bahwa Allah adalah Allah mereka? Bukankah “Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup”? (Luk 20: 38).

Apakah saya berpikiran terbuka? Atau tertutup seperti para Saduki?

Bacaan Misa hari ini: Why. 11:4-12Mzm. 144:1,2,9-10Luk. 20:27-40

Author

Write A Comment