Dua orang kakak beradik mewarisi lahan pertanian subur dari orang tua mereka yang sudah meninggal. Yang tua menikah, mempunyai empat orang anak. Sedangkan adiknya melajang. Saudara yang tua tinggal di rumah yang dibangun di sebelah timur, sedangkan adiknya di sebelah barat. Setelah panenan yang berlimpah saudara yang muda berpikir: “Tidak adil kalau hasil panenan berlimpah ini dibagi rata dengan kakakku. Aku cuma seorang diri, sedangkan kakakku mempunyai keluarga.” Maka, diam-diam di tengah malam ia masuk ke gudangnya, mengambil satu karung padi dan dengan diam-diam dipikulnya dan ditaruh di gudang kakaknya. Sedangkan saudara yang tua berkata kepada dirinya sendiri: “Tidak adil jika hasil panen melimpah ini dibagi rata antara aku dengan adikku. Adikku tinggal sendirian, sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang membantu dan memperhatikan aku.” Maka jam dua dinihari ia masuk ke gudangnya, mengambil satu karung padi, dipikulnya diam-diam menuju rumah adiknya, dan ditaruhnya padi itu di gudang adiknya. Demikianlah hal itu terjadi untuk sementara waktu. Suatu malam yang gelap kedua kakak beradik ini bertabrakan di jalan, di tengah-tengah antara rumah mereka. Keduanya jatuh beserta satu karung padi yang mereka pikul. Ketika mereka saling mengenali, keduanya tertawa dan berpelukan.
Cerita ini persis kebalikan dengan kisah tentang orang kaya yang bodoh dalam Injil hari ini. Kedua saudara tadi membuka gudang mereka untuk saling berbagi, orang kaya yang bodoh ini mengumpulkan kekayaan hanya untuk diri sendiri. Ia hidup dalam keserakahan dan berpikir bahwa kebahagiaan itu terletak pada usahanya untuk menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri. Apakah sumber dari keserakahan? Sumber keserakahan adalah kurangnya iman dan kepercayaan pada penyelenggaraan ilahi Allah. Kita ingin lebih dan lebih lagi; dan kita menumpuk entah uang atau barang karena kita tidak merasa aman akan masa depan kita. Dengan kelekatan pada harta, kita merasa lebih aman. Dengan kata lain kita lebih menggantungkan diri pada diri sendiri daripada mempercayakan diri kita pada Allah.
Alexander Agung menginstruksikan kepada para perwiranya, bahwa saat ia mati, tangannya harus dibiarkan terbuka dan setiap orang harus dapat melihat bahwa kendati ia adalah seorang penakluk pelbagai penjuru dunia, ia mati dengan tangan kosong.
Mari kita hidup dalam kepercayaan bahwa segalanya adalah milik Allah, hidup bersahaja dan tidak lupa berbagi.
Bacaan misa hari ini: Rm. 4:20-25; MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75; Luk. 12: 13-21
Gambar: The parable of rich fool oleh Rembrandt, 1627