Sabda Hidup
Selasa, 19 Juli 2022, Selasa Pekan Biasa XVI
Bacaan: Mi. 7:14-15,18-20; Mzm. 85:2-4,5-6,7-8; Mat. 12:46-50.
“Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?”….. “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
(Mat 12: 48 – 50)
Dilahirkan sebagai manusia belum tentu menjadikan seseorang sungguh-sungguh “manusia”. Hanya kepedulian dan perhatian kepada sesama membuatnya sungguh-sungguh manusia. Menjadi seorang warga negara tertentu tidak menjadikan seseorang patriot sejati. Hanya perhatian terhadap apa yang dapat dilakukannya bagi negaranya dan hak-hak warga lainnya menjadikannya seorang patriot sejati. Demikian juga, menjadi anggota Gereja tidak otomatis membuat seseorang menjadi seorang Kristiani sejati; hidup serupa dengan Kristus yang membuatnya seorang Kristiani sejati. Yesus mengatakan hal yang sama tentang siapa saja yang ingin disebut sebagai saudara-saudari-Nya. Hubungan darah saja tidak menjadikan seseorang saudara-saudari-Nya.
“Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat 12: 50)
Maria menjadi sarana bagi Allah agar Putera-Nya menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah dunia untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Tapi itu hanya menjadikannya seorang ibu secara biologis. Kesediaan dan ketaatannya dengan sepenuh hati untuk melaksanakan kehendak Allah yang menjadikannya ibu secara penuh. Hanya dibaptis saja, tidak otomatis menjadikan kita anggota-anggota Keluarga Allah. Akan tetapi melaksanakan kehendak Bapa, semaksimal mungkin dan seoptimal mungkin, yang menjadikan kita sungguh-sungguh anggota-anggota Keluarga Allah, dan tentu saudara-saudari Yesus.
Akhir-akhir ini beredar meme yang menggelitik dengan pesan: Ke gereja, kagak; doa, kagak; memberi, kagak; cita-cita pengen masuk surga. Situ punya kenalan orang dalam?
Memang kita punya “Orang Dalam”. Bukan cuma kenalan. Kita punya Yesus saudara kita, punya Maria Ibu kita. Tetapi untuk itu ada syaratnya: melaksanakan kehendak Bapa dalam kehidupan nyata.
Semoga saya dan anda pantas disebut saudara dan saudari-Nya.