Sabda Hidup
Selasa 12 Januari 2021, Selasa Pekan Biasa I
Orang melihat bahwa Yesus mengajar atas cara yang berbeda dengan yang lain. Jika ahli-ahli Taurat dan para Farisi hanya sekadar “menterjemahkan”, “mentransfer” atau “menginterpretasikan” Sabda Allah, Yesus membuat orang-orang takjub karena Ia mengajar “with authority”, sebagai “author” (pemilik/pencipta) dari Sabda dan Karya-Nya sendiri.
Menjadi “author” (pencipta) kata-kata dan karya seseorang berarti orang itu menjadi asal atau sumber dari kata-kata dan karya yang keluar dari hati dan jiwanya sendiri. Ia tidak sekadar “copy-paste” dari orang lain. Orang itu mengolahnya terlebih dulu dalam batinnya, menyatukan kata dan karya sebelum menyampaikannya kepada orang lain agar dilihat, dibaca dan diapresiasi. Mengajar dengan kuasa berarti menyampaikan hidupnya sendiri, menyampaikan apa yang dihidupi.
Mengajar dengan kuasa berarti “to walk the talk.” Ia konsisten dengan diri-Nya sendiri, bagaimana ia berrelasi dengan orang lain. Ia mempertahankan integritas pribadi-Nya sebagai orang yang mengatakan KEBENARAN. Tidak ada tempat untuk “baku-tipu”. No bokis!
Mengatakan kebenaran, menjadi otentik, membuat hidup bermakna: bahwa kita menjadi pemilik/pencipta apa yang kita katakan, bukan sekadar “copy-paste” [apalagi jika kita berkata-kata hanya berdasarkan “katanya”….]. Yesus menjadi “author” Sabda dan Karya-Nya sendiri karena Ia mendasarkan ajaran-Nya pada doa dan spiritualitas, pada relasi-Nya dengan “ABBA”. “Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.” (Yoh 7: 16). Maka kita juga menjadi otentik kalau kita mendasarkan hidup kita pada hidup batin dan doa yang dalam.
Apakah saya hidup otentik? Apakah saya menghidupi apa yang saya katakan? Apakah saya mengatakan kebenaran?
Bacaan Misa hari ini: Ibr 2: 5 – 12; Mrk 1: 21 – 28