Sabda Hidup
Senin, 29 Agustus 2022, Peringatan Wafat Yohanes Pembaptis
Bacaan: Yer. 1:17-19; Mzm. 71:1-4.5-6b.17;R:15a; Mrk. 6:17-29.
Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.
(Mrk 6: 26 – 28)
Kisah sedih wafatnya St. Yohanes Pembaptis menyingkapkan banyak hal kepada kita. Peristiwa itu antara lain menyingkapkan misteri kejahatan di dunia dan mengapa Allah kadangkala “mengijinkan” kejahatan itu terjadi.
Barangkali kita juga bertanya, mengapa Allah mengijinkan peristiwa pemenggalan Yohanes Pembaptis terjadi? Ia adalah orang yang baik. Bahkan Yesus sendiri mengatakan bahwa di antara yang dilahirkan, tak pernah tampil seorang yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis (Mat 11: 11). Namun, toh Yohanes tetap mengalami penderitaan karena ketidakadilan.
St. Theresia dari Avila pernah berdoa demikian: “Tuhan, jika demikian Engkau memperlakukan sahabat-sahabat-Mu, tak heran hanya sedikit sahabat yang Engkau miliki!” Ya, nampaknya Allah sering kali mengijinkan mereka yang dikasihi-Nya menderita. Apa yang hendak dikatakan kepada kita?
Pertama-tama, kita tidak boleh lupa bahwa Allah Bapa mengijinkan Putera-Nya mengalami penderitaan hebat dan dibunuh atas cara yang sangat kejam. Wafat Yesus sungguh-sungguh brutal dan mengejutkan. Apakah itu berarti bahwa Bapa tidak mengasihi Putera? Tentu saja tidak. Kalau demikian, apa artinya?
Penderitaan bukanlah tanda bahwa Tuhan tidak mengasihi. Jika anda menderita dan seakan Tuhan tidak mengangkat penderitaan itu dari anda, itu bukan berarti bahwa Ia meninggalkan anda. Itu tidak berarti bahwa Ia tidak mengasihi anda. Kebalikannyalah yang seringkali terjadi.
Penderitaan Yohanes Pembaptis menjadi kesaksian yang paling kuat dan nyata yang dapat ia berikan. Kesaksianya itu berbicara lebih lantang dari kata-kata. Itulah kotbah teragung yang ia berikan. Itu adalah kesaksian akan kasih Allah yang tak pernah goyah dan komitmen totalnya untuk melaksanakan kehendak Allah. Kesaksiannya begitu kuat sebab ia memilih untuk tetap setia kepada Tuhan kendati penderitaan yang ia tanggung. Dan dari perspektif Allah, kesetiaan Yohanes mempunyai nilai yang tak terbatas dibandingkan dengan kehadiran fisik dan penderitaan fisik yang ia tanggung.
Mari kita renungkan hari ini. Setiap kali kita memikul salib yang berat dan memohon agar Tuhan mengambilnya dari kita, Tuhan bersabda, cukuplah rahmat-Nya bagi kita dan Ia menghendaki penderitaan kita sebagai kesaksian kesetiaan kita. Jadi, jawaban Bapa kepada Yesus, juga kepada Yohanes, dan tentu juga kepada kita, adalah panggilan bagi kita untuk memasuki misteri penderitaan dalam hidup dengan iman, harap, keteguhan dan kepercayaan. Jangan biarkan kesulitan hidup dan penderitaan melemahkan kesetiaan anda untuk melaksanakan kehendak Allah.
Semoga dengan kekuatan Yesus dan kekuatan St. Yohanes Pembaptis, kita mampu memikul salib hidup kita. Semoga kita tetap teguh dalam iman dan penuh harapan saat Ia memanggil kita memeluk salib.