“Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” (Luk 15: 20)
Meskipun si anak yang hilang itu akhirnya pulang, ia masih melewatkan intinya. Motifnya adalah hidup yang lebih enak, sebab ia berpikir, “Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan,” (Luk 15: 17). Setelah memutuskan untuk kembali kepada ayahnya, fokusnya masih diri sendiri. Dia pasti berpikir bagaimana agar terlihat baik dan kata-kata apa yang tepat untuk dikatakan kepada ayahnya: ” Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya……”
Ia justru melewatkan inti yang paling penting: kasih ayahnya yang melimpah ruah. Sebab sejak ia berpaling dan pergi, ayanya selalu merindukan ia kembali.
Kasih Bapa kita alami secara istimewa dalam Sakramen Pengakuan. Apakah kita sungguh menyadari kasihnya? Kebanyakan dari kita lebih memperhatikan bagaimana kita mengaku dosa dan berapa dosa yang kita akukan. “Dosa-dosa saya ialah: berbohong 243 kali, gossip 527 kali, mencuri 333 kali……” Yang lain membuat daftar dosanya di HP supaya tidak ada yang terlupakan. Anak-anak juga diminta membuat daftar dosanya di kertas….
Seorang Suster bertanya kepada anak-anak calon komuni pertama: “Apa yang paling penting dalam pengakuan?” Seorang anak dengan ragu-ragu mengacungkan jarinya dan menjawab: “Yang paling penting saat saya mengaku dosa adalah….saya mengalami kerahiman dan kasih Bapa…” Itu sudah!
Kembang merekah lima dahannya
Tiada berduri warnanya merah
Memang indah bersama Bapa
Setiap hari kasihNya melimpah
Selamat berakhir pekan. JESUS LOVES YOU!