Sabda Hidup
Minggu, 21 Agustus 2022, Minggu Biasa XXI
Bacaan: Yes. 66:18-21; Mzm. 117:1,2,; Ibr. 12:5-7,11-13; Luk. 13:22-30.
“Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”
(Luk 13: 30)
Suatu ketika terjadi sebuah kecelakaan. Sebuah sepeda motor bertabrakan dengan sebuah mobil. Seorang pria muda terlihat sedang memberi pertolongan. Sementara ia berusaha memberi pertolongan, seorang perawat yang kebetulan lewat di situ menerobos kerumunan, mendekati pria itu dan berkata, “Mas, maaf. Mohon minggir. Saya pernah dilatih untuk memberikan pertolongan pertama.”
Pria muda itu minggir, memperhatikan prosedur perawat itu memberikan pertolongan, dan berkata, “Mbak, kalau-kalau anda membutuhkan seorang dokter, saya ada di sini.”
Dalam Injil hari ini (Luk 13: 22 – 30) Yesus mengajar para murid-Nya untuk “minggir”, mengutamakan agenda Allah, bukan agenda mereka. Kita tidak dapat membatasi kasih dan kemurahan-Nya dengan bias dan keterbatasan kita. Pertanyaan bagus untuk diajukan hari ini: apakah saya “membatasi” Allah menurut selera saya?
Pernahkah anda mengendarai mobil di belakang kendaraan lain yang merayap seperti siput? Kita yang dibelakangnya tentu akan merasa jengkel dan frustrasi terhalang oleh kendaraan yang merayap perlahan tetapi tidak mau memberi jalan. Dalam kehidupan kita, semoga kita tidak menghalangi orang lain untuk maju.
Perhatikan bagaimana orang hendak naik commuter line (KRL) atau busway, atau eskalator. Orang berdesakan karena setiap orang ingin menjadi yang pertama. Suatu ketika, seorang ibu nampak tergesa mau naik eskalator. Nampak ada hal penting yang harus dikejarnya. Kebetulan saya yang tidak sedang terburu-buru memberi jalan kepada ibu itu untuk lebih dulu naik. Ketika eskalator itu bergerak naik, ibu itu melihat kepada saya dengan ekspresi penuh terima kasih. Hal yang sederhana, tetapi barangkali sangat berarti untuk ibu itu. Saya merasa disadarkan bahwa tidak jarang hal-hal kecil sungguh berarti bagi orang lain. Minggir sejenak untuk orang lain, atau antri sesuai urutan, menempatkan orang lain pada penghargaan yang semestinya. Sebuah kesadaran bahwa di dunia ini bukan cuma diri sendiri yang penting, ada orang-orang yang mempunyai kebutuhan lebih, ada orang-orang yang karena kondisi tertentu mempunyai kemendesakan. Kerendahan hati dan respek adalah kuncinya. Lain kali, ketika anda ingin ‘membuldozer” orang lain, ingatlah apa yang dikatakan Yesus hari ini: “Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”
Di mana mereka sekarang yang dulunya menjadi yang pertama dalam segala hal? Dimana mereka sekarang yang menggunakan atau memiliki uang, kekuasaan dan ketenaran untuk mendapatkan apa yang ia inginkan? Tidak ada yang tetap di atas selamanya! Jadi ingat FS yang lagi heboh saat ini! Semuanya memudar, dan semuanya cepat berlalu di dunia ini. Tak ada yang kekal di dunia ini.
Secara konkret, apa artinya “minggir” dulu? Itu dapat berarti diam ketika kata-kata Anda mungkin akan menyakitkan. Rem dulu kwa tu mulu sebelum bicara! Itu dapat berarti bersabar ketika Anda terluka, tutup telinga ketika skandal dan gossip merebak, perhatian untuk penderitaan orang lain, berbagi apa pun yang kita miliki, dan bersikap baik ketimbang merasa paling benar sepanjang waktu. Cobalah sekali-sekali minggir. Keajaiban akan terjadi!
Alih-alih merasa kesal ketika kita memiliki beban dan cobaan, mengapa tidak minggir dulu dan memberi jalan untuk Tuhan? Mukjizat akan terjadi dan Anda akan kagum bagaimana beban Anda akan hancur berkeping-keping ketika Anda, selain mengusahakan yang terbaik yang bisa dilakukan, anda memberi tempat bagi Tuhan untuk membantu anda.
Hari ini, mari kita mengambil waktu, mengingat mereka yang telah minggir dan memberi jalan kepada kita, atau bahkan berhenti untuk kita. Kita menjadi seperti sekarang ini karena orang-orang yang menuntun kita, menemani kita, berjalan bersama kita, memberi kita tumpangan, mendukung dan mensupport kita, menyemangati kita, atau sekadar memberi jalan bagi kita. Bersyukurlah untuk mereka dan bersyukurlah bahwa kita juga melakukan hal yang sama!
Hari ini, berdoalah bagi orang-orang yang mungkin telah kita buldozer, kita pinggirkan sepanjang perjalanan hidup kita. Mari kita mohon ampun kepada Tuhan, sebab acap kali kita tidak memberi waktu atau tidak berhenti sejenak bagi mereka yang membutuhkan pertolongan kita.
Hidup tidak hanya berjalan jauh dan cepat. Tidak hanya menjadi yang lebih cepat dari orang lain, tetapi bersama orang lain, SINODALITAS. Hidup itu tidak hanya berpacu menjadi yang nomor satu. Kita berjalan bersama menuju Hati Tuhan.