Sabda Hidup
Kamis 1 April 2021, Kamis Putih
“Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.”
(Yoh 13: 4 – 5)
Hari ini, kita kenangkan Kamis Putih pertama, ketika Yesus mengumpulkan murid-murid-Nya untuk merayakan Paskah. Saat itulah Dia meresmikan Paskah baru Perjanjian Baru, saat korban sejati dipersembahkan untuk keselamatan kita.
Bersamaan dengan Ekaristi, Kristus juga menetapkan imamat yang dengannya sakramen Ekaristi akan diabadikan. Kata pengantar dari Misa Krisma mengungkapkan maknanya: “Dia memilih orang-orang untuk membagikan pelayanan suci-Nya dengan penumpangan tangan. Dia menunjuk mereka untuk memperbarui dalam nama-Nya korban penebusan kita ketika mereka menetapkan di hadapan keluarga-MU perjamuan paskah. Dia memanggil mereka untuk memimpin umatmu dalam kasih, memelihara mereka dengan firman-Mu, dan menguatkan mereka melalui sakramen-sakramen.”
Dan pada hari yang sama itu, Yesus memberi kita perintah yang baru: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi,” (Yoh 13:34). Jika sebelumnya, kasih didasarkan pada imbalan yang diharapkan sebagai balasan, atau pada pemenuhan norma belaka. Sekarang, kasih Kristiani didasarkan pada Kristus. Dia mencintai kita dengan memberikan hidup-Nya: ini harus menjadi ukuran kasih dan kesaksian nyata hidup orang-orang Kristen. “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku,” (Yoh 13: 35).
Kita tidak memiliki kemampuan untuk mengasihi seperti itu. Ini bukan hanya buah dari upaya kita tetapi adalah karunia Allah yang luar biasa. Untungnya, Dia sendiri adalah kasih dan — pada saat yang sama — sumber kasih yang kita terima melalui Ekaristi.
Akhirnya, hari ini kita harus merenungkan pembasuhan kaki. Dengan sikap seorang hamba, Yesus membasuh kaki para Rasul, dan Ia memerintahkan agar mereka saling membasuh kaki (lih. Yoh 13:14). Ada sesuatu yang lebih dari sekadar pelajaran tentang kerendahan hati dalam sikap Sang Guru. Itu merupakan suatu antisipasi, pertanda dari sengsara-Nya, dari penghinaan total yang harus Dia derita untuk menyelamatkan semua orang.
Seorang teolog pernah mengatakan bahwa “sikap kerendahan hati kita dengan membungkuk di hadapan yang Agung belum merupakan sikap kerendahan hati….Tetapi ketika Yang Mahaagung merendahkan diri di hadapan kita yang kecil ini, itulah kerendahan hati sejati.” Yesus Kristus membalikkan nilai-nilai kemanusiaan sambil mengundang kita untuk mengikuti-Nya untuk membangun dunia yang lebih baik berdasarkan pelayanan dan kerendahan hati.
Burung surga burung Cendrawasih
Bulu indah berwarna-warni
Buat apa bicara Kasih
Kalau tidak saling melayani.
Bacaan Misa Kamis Putih: Kel. 12:1-8,11-14; Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26; Yoh. 13:1-15.