Sabda Hidup
Rabu 8 September 2021, Pesta Kelahiran St. Perawan Maria
Kapan dan di mana Santa Perawan Maria lahir, tidak dicatat oleh para Penginjil. Kemungkinan besar Maria lahir kurang lebih 16 tahun sebelum kelahiran Yesus, di Nazarethm di mana kita jumpai dia untuk pertama kalinya dalam peristiwa Maria Meneria Kabar dari Malaikat Gabriel (Luk 1: 26). Sesudah Konsili Efesus tahun 431, ketika Maria diberi gelar sebagai Bunda Allah (Theotokos), devosi baginya tersebar di Gereja barat. Tetapi lama sebelumnya, kelahirannya sudah dikenang dan dirayakan di antara umat Kristiani di Palestina.
Sebuah Injil apokrif, Protoevangelium Yakobus, kemungkinan besar ditulis sekitar tahun 150 M, mengisahkan bagaimana orang tua Maria, Yohakim dan Anna, mempersembahkannya di Bait Allah saat Maria masih kanak-kanak. Tulisan ini menghantar kita pada permenungan tentang rahmat Allah yang sudah bekerja sejak kelahiran Maria. Penulis Protoevangelium Yakobus menceriterakan bagaimana orang tua Maria merindukan keturunan; dan ketika Tuhan mengabulkan permohonan mereka, mereka mempersembahkannya, jiwa dan raga, untuk melayani Tuhan di Bait Allah Yerusalem.
Dia yang membawa bagi kita Sang Juruselamat, menjadi tabernakel hidup bagi Allah, sebab dalam rahimnyalah, oleh kuasa Roh Kudus, Putra Allah yang menjadi manusia dikandung dan bertumbuh. Seperti kebesaran-Nya hingga ujung bumi (Mikha 5: 4), rahmat Allah bekerja dalam diri ibu-Nya, sejak awam. Menurut Protoevangelium Yakobus tersebut, ketika Yohakim, ayahnya, membawa persembahan ke Bait Allah, tahu bahwa Allah memberkatinya, mengabulkan permohonannya; dan ia pulang ke rumahnya dengan sukacita. “Sembilan bulan sesudahnya, Anna melahirkan seorang anak. Dan ia bertanya kepada yang membantunya melahirkan, “Apa yang aku lahirkan?” dan yang membantunya melahirkan menjawab, “Seorang anak perempuan.” Dan Anna berkata, “Jiwaku telah dimuliakan hari ini!” dan ia membaringkan anak itu. Dan pada saatnya tiba Anna ditahirkan, ia menyusui anak itu dan menaminya Maria.”
Kekuatan yang mendorong hidup Maria adalah ketaatan penuh kasih pada kehendak Allah. Hal yang sama harus menjiwai kita yang menyebut diri Kristiani, ambil bagian dalam hidup Kristus sendiri. Kelahiran Yesus telah didahului dengan kelahiran Maria, puteri Yohakim dan Anna. Dengan gembira kita bersukacita dalam Tuhan yang telah melakukan karya yang agung dan amat baik bagi kita melalui puteri Israel yang terpuji ini.
Sahabat, kita biasa merayakan kelahiran atau ulang tahun orang orang-orang yang punya peran penting dalam kehidupan kita. Kita juga merayakan ulang tahun orang-orang yang berbagi iman dengan kita. Tokoh sentral dalam iman kita tentu saja adalah Yesus yang kita rayakan kelahiran-Nya pada Hari Raya Natal. Di samping Yesus, Maria adalah tokoh sentral hidup beriman kita. Layaklah kiranya Gereja mengenangkan kelahirannya.
Kita tidak tahu kapan tepatnya ia dilahirkan, tetapi tanggal 8 September, 9 bulan setelah kita rayakan konsepsinya (Maria Dikandung Tanpa Noda), secara tradisi kita rayakan sebagai Pesta kelahirannya. Ketika kita memberi selamat ulang tahun kepada seseorang, kita juga menghargai seluruh kehidupan orang tersebut. Kita merayakan kelahiran Maria, persis karena melalui dialah sang Juruselamat diberikan kepada kita. Melalui dialah kita menerima Emmanuel, Allah berserta kita. Maria tidak pernah memusatkan diri pada diri sendiri; sebaliknya, Ia memberikan Puteranya bagi kita. Kata-kata Yohanes Pembaptis ini juga sesuai dengan hidupnya: “Ia harus semakin besar, dan aku semakin kecil.” Cara yang paling tepat untuk menghormatinya adalah menerima Puteranya yang dibawanya untuk kita, mengikuti-Nya dengan sungguh hati. Kita berusaha untuk seperti Maria, menjadi pendengar dan pelaksana Sabda.
Bacaan hari ini: Mi. 5:1-4a atau Rm. 8:28-30; Mzm. 13:6ab,6cd; Mat. 1:1-16,18-23