Remah-remah sabda hari ini, diambil dari bacaan Injil hari Kamis dalam pekan biasa ke-28.
Sekali peristiwa Yesus berkata: “Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat , sebab kalian telah mengambil kunci pengetahuan. Kalian sendiri tidak masuk ke dalamnya, tetapi orang yang berusaha masuk kalian halang-halangi,” (Luk 11: 52).
Yesus mengecam para Ahli Taurat karena mereka mengambil kunci pengetahuan, yakni kebijaksanaan atau hikmat. Mereka menutup jalan kepada kebijaksanaan. “Hikmat telah mendirikan rumahnya….. Pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota: “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke mari.” (Ams 9 : 1 – 4).
Jeanne Guyon, seorang mistikus dari abad ke-18 memberi komentar terhadap perikop tersebut: “Tanpa pengecualian bagi siapapun…. Allah membuka lebar gerbang kepada hikmat, agar semua dapat masuk.” Tetapi rupanya, para Ahli Taurat ini mempunyai spesialisasi menutupnya.
Para Ahli Taurat gagal untuk mengetahui Allah sendiri, seperti yang dinyatakan dalam diri Yesus, dan menghalang-halangi orang lain untuk datang kepada hikmat/kebijaksanaan, atau pengetahuan akan Allah. Mereka dipanggil untuk menjadi guru yang mengajarkan jalan kepada Allah, namun mereka tidak menjalankan panggilan mereka itu. Karena kesombongan dan iri hati, mereka tidak hanya menolak para nabi, tetapi juga menolak Yesus, Sang Putera Allah sendiri.
Yesuslah kunci pengetahuan akan Allah, sebab sebab dalam diri Yesus Allah menyatakan diri atau mewahyukan diri secara utuh dan penuh. Dengan menolak Yesus, mereka “mengambil kunci pengetahuan” itu, dengan tidak mengenal Allah dalam diri Yesus dan menghalangi orang lain menemukan Allah dalam diri Yesus.
Allah telah memberi kita kunci pengetahuan akan Dia dengan memberikan Yesus. Yesuslah kunci itu, dan kita semua adalah orang-orang yang belajar, kita semua adalah murid-murid. Sering kali kita yang belajar serba sedikit sudah merasa yang paling mengerti, paling tahu. Sudah ikut kursus ini dan itu, apalagi sudah belajar teologi, kita sudah menjadi yang paling tahu. Tidak jarang justru sikap itulah yang menghalangi orang lain untuk semakin mengenal dan dekat dengan Yesus. Di hadapan Allah tak ada yang lebih pandai, tak ada yang lebih pintar, tetapi kita semua sedang belajar. Kita semua adalah teman seperjalanan, bersama-sama berziarah menapaki jalan menuju Allah.
Semoga kita dapat menjadi teman seperjalanan yang baik satu terhadap yang lain.