Sabda Hidup
Rabu, 20 Januari 2021, Rabu Pekan Biasa 2
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
(Mrk 3: 1 – 5)
Begitu sering prasangka dan label yang kita berikan kepada orang lain menjauhkan kita dari sikap objektif dan menutup mata kita untuk melihat kebaikan dan keindahan dalam diri orang lain. Kita melihat orang lain dari sikap dan keyakinan subjektif kita seperti yang dilakukan orang-orang Farisi dalam Injil hari ini.
Mengapa penyembuhan pada hari Sabat membuat orang-orang Farisi bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Yesus? Apa sebenarnya tindakan Yesus yang salah? Mereka diam saat Yesus menantang mereka untuk membuat suatu pendirian, untuk mempertimbangkan, serta menilai dan menentukan pilihan. Mereka diam dan tidak menanggapi pertanyaan Yesus karena mereka tidak mencari kebenaran. Bagaimana mereka bisa melihat kebaikan, ketika hati mereka sudah tertutup oleh pendirian mereka? Injil mengatakan bahwa “Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia,” (Mrk 3: 2). Mereka memang tidak bermaksud untuk bersikap jujur dan adil; mereka menunggu-nunggu Yesus berbuat kesalahan, serta memupuk kemarahan, permusuhan dan prasangka. Pikiran mereka tertutup; tidak ada tempat bagi perubahan hati.
Bagaimana dengan kita? Apakah prasangka menghalangi kita melihat kebenaran, keindahan, dan kebaikan? Apakah kita memberi tempat bagi orang lain untuk mengungkapkan kebaikan dengan selalu melihat mereka dengan positif, bebas dari prasangka dan diskriminasi? Apa yang lebih dulu kita lihat saat kita bertemu orang lain? Kebaikan atau kekurangan mereka? Apakah kita terbuka terhadap orang-orang yang berpikir dan bertindak berbeda dengan kita?
Semoga hati kita tidak disesatkan dan terbuka untuk melihat keindahan dan kebaikan pada sesama.
Bacaan hari ini: 1Sam. 17:32-33,37,40-51; Mzm. 144:1,2,9-10; Mrk. 3:1-6.