Sabda Hidup
Senin, 11 Oktober 2021, Senin Pekan Biasa XXVIII
Bacaan: Rm. 1:1-7; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4;Luk. 11:29-32.
Kepada para Farisi yang menginginkan tanda-tanda yang mempesona, mukjizat yang spektakuler, Yesus memberikan “tanda Yunus”. Apa itu tanda Yunus? Tanda Yunus mempunyai dua makna. Pertama, itu adalah tanda Kebangkitan Yesus. Yunus berada di perut ikan dan dimuntahkan dengan selamat pada hari ketiga (Yun 2: 1, 11). Kedua, tanda Yunus adalah tanda pertobatan. Seluruh penduduk Niniwe yang berdosa, bertobat ketika mendengar nubuat Yunus (Yun 3: 4-5; 4: 11).
Sahabat, salah satu tanda terbesar, suatu mukjizat yang luar biasa, adalah pertobatan. Banyak hati yang bertobat adalah tanda yang fenomenal yang tak dapat dilewatkan. Itulah sebabnya ketika seorang pendosa bertobat, terdapat sukacita besar di surga (Luk 15: 7, 10). Para pemungut cukai, para pelacur, para pendosa bertobat dan berbalik kepada Yesus dan kepada Allah. Namun para Farisi melewatkan tanda ini, meski Yesus menunjukkannya kepada mereka (Mat 21: 31).
Di masa kini, mungkin kita tidak lagi melihat tanda-tanda, tak lagi melihat mukjizat, karena kita tidak melihat lagi orang yang bertobat dari dosa-dosanya dan mengubah hidupnya. Atau jangan-jangan kita sendiri juga merasa diri tidak perlu bertobat, merasa tidak perlu lagi mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Kita bertegar-tengkuk dan merasa diri paling benar, merasa diri sudah suci seperti orang-orang Farisi dan para pemimpin Yahudi. Kalau para pendosa yang bertobat adalah tanda yang diberikan oleh Tuhan yang dapat menuntun lebih banyak orang kepada-Nya, maka, marilah kita bertobat. Mari mengaku dosa! Jadilah tanda! Bertobatlah!