Sabda Hidup
Rabu, 24 Juni 2020, Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis
“Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia,” (Luk 1: 66).
Peringatan atau perayaan orang-orang kudus biasanya jatuh pada hari wafatnya – hari kelahiran mereka dalam kehidupan kekal. Tetapi ada dua orang kudus yang dirayakan pada hari kelahirannya: Hari Kelahiran St Perawan Maria pada tanggal 8 September dan Hari Kelahiran St Yohanes Pemandi pada tanggal 24 Juni. Tentu hal ini mau mengatakan sesuatu yang istimewa.
Hari ini kita kita rayakan Hari Raya Kelahiran St Yohanes Pemandi. Ia adalah anak dari Zakharia dan Elizabeth. Zakharia adalah seorang imam dari golongan Abia. Tugasnya di bait Allah adalah membakar dupa/kemenyan. Sta Elizabeth adalah keturunan Harun. Ada hubungan darah antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (Sepupu jauh). Ketika Zakharia sedang melaksanakan tugasnya di Bait Allah, seorang malaikat membawa kabar baginya bahwa Elizabeth akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Karena ketidakpercayaannya, ia menjadi bisu hingga kelahiran Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi, yang mungkin mulai melakukan tugasnya/panggilannya sebagai nabi kira-kira pada usia 27 tahun. Ia hidup di padang gurun, bermantol dari bulu unta, ikat pinggang kulit, hidup dari belalang dan madu hutan. Ia mewartakan pertobatan. Ia menyiapkan jalan bagi sang Juruselamat. Dan ketika Yesus mulai tampil di depan umum, ia pun menyingkir, memberi jalan kepada Sang Juruselamat. Ia dipenjara oleh Herodes, dan wafat dendam Herodias yang ditegur karena hidupnya yang tak bermoral. Santo Hieronimus mengatakan bahwa Herodias menyimpan kepala Yohanes Pembaptis untuk waktu yang cukup lama dan melampiaskan dendamnya dengan menusuk-nusuk lidah Yohanes dengan pisau.
Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi. Sering kali kita berpikir bahwa seorang nabi adalah seorang peramal, yang mengatakan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Namun seorang nabi bukanlah seorang peramal. Memang seorang nabi berbicara tentang masa depan, tentang pembaharuan masa depan, dengan mewartakan bagaimana orang harus hidup di masa kini.
Menjadi seorang nabi adalah menjadi juru bicara Allah, setiap waktu, mengatakan kebenaran kepada semua orang, entah mereka itu suka atau tidak. Nabi adalah hati nurani orang banyak, hati nurani masyarakat. Karena itu ia berani menegur orang-orang Farisi: “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang?” Ia berani menegur Herodes yang mengambil istri saudaranya, bahwa hidup mereka amoral!
Ada saat-saat di mana kita, sebagai orang-orang Kristiani harus berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan moral, yang tak dapat dinegosiasikan.
Ada seorang ibu kaya, baru pulang dari Amerika. Suatu pagi dia pergi ke pastoran. Kepada Pastor dia bilang: “Pastor saya mau minta misa requiem.” Pastor menjawab: “Oh baik Bu, siapa yang meninggal?” Ibu itu menjawab: “Sa punya anjing pastor!” Pastor terkejut: “Pelee… masa misa requiem untuk anjing…” “Tapi ini sa pu anjing kesayangan pastor. Saya sangat sayang sa pu anjing ini,” kata ibu itu. “Tidak bisa Bu, itu melawan hukum Gereja!” Maka pergilah ibu itu sambil menggerutu: “Baiklah Pastor, karena saya baru pulang dari Amerika, saya sebenarnya sudah sipkan stipendium US $2000 untuk saya punya anjing kesayangan ini. Tapi karena pastor tidak mau, saya minta Pak Pendeta saja untuk pimpin kebaktian…”
Begitu mendengar stipendiumnya US $2000 Pastor langsung bilang: “Eh.. sini Bu, jangan minta pak Pendeta. Kenapa tidak bilang dari tadi kalau anjingnya Katolik…”
Tentu saja, itu hanya cerita mop. Tetapi kita diingatkan, apakah kita berani memegang keyakinan dan prinsip kebenaran moral Kristiani kita? Meski dihadapkan pelbagai macam tawaran yang menggiurkan! Seperti Yohanes Pembaptis, kita dipanggil untuk menyuarakan kebenaran, walau nyawa taruhannya. Atau kita bersikap permisif?
Hal lain yang patut kita teladani dari Yohanes adalah kesederhanaan dan kesahajaannya. Ia sungguh-sungguh menghidupi apa yang ia katakan. Coba perhatikan, bagaimana pemimpin-pemimpin kita, walau mereka Katolik, Kristen, pengikut Kristus, ketika kampanye sih bicara bagus-bagus… mau buat ini, mau buat itu, mau majukan masyarakat, tetapi ketika sudah dapat kedudukan, semua masuk kantong sendiri….
Beranikah kita menjadi nabi?
Bacaan Misa hari ini: Yes. 49:1-6; Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15; Kis. 13:22-26; Luk. 1:57-66,80.