Sabda Hidup
Sabtu, 18 September 2021, Sabtu Pekan Biasa XXIV
Bacaan hari ini: 1Tim. 6:13-16; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 8:4-15.
Tanah dihargai dari kesuburannya, yakni, seberapa produktif dan bagaimana tanah itu memberikan hasil yang diharapkan. Yesus menunjukkan kepada kita bagaimana agar “tanah” hati kita menghasilkan buah:
- Mendengarkan Sabda dalam keterbukaan (Luk 8: 15). Untuk mendengarkan Sabda Allah, kita harus menyingkirkan segala kebisingan yang lain. Kita harus membangun roh keterbukaan. Seperti petani membalik-balik tanah dengan mencangkul atau membajaknya, kita juga perlu membalik-balik hidup kita – mengusahakan perubahan-perubahan yang perlu – agar benih Sabda Allah dapat menembus ke lubuk hati dan bertumbuh dengan baik.
- “Menyimpannya” (Luk 18: 15). Seorang petani “menyimpan” benin itu dalam tanah, dengan menguburnya dan menutupnya dengan tanah dan pupuk. Atas cara itu, angin tidak dapat menerbangkannya dan burung-burung tidak dapat memakannya. Demikian juga, kita “menyimpan” Sabda Allah dalam hati kita (Mzm 119: 11) dan tidak membiarkannya mubazir. Kita merenungkannya (Mzm 1: 2) meresapkannya dalam hati dan membuatnya bagian dari hidup kita.
- Menghasilkan buah melalui ketekunan (Luk 8: 15). Kita sendiri tidak dapat menghasilkan buah; Sabda Allah itu yang menghasilkan buah. Akan tetapi, kita harus bertekun untuk bekerjasama dengan Roh Kudus dengan setia dan bijaksana (Mat 24: 45), mengajarkannya, dan mengatasi kecenderungan kita untuk bermalas-malasan dalam mewartakannya.
Oleh sebab itu, mari bekerja keras mengusahakan tanah yang baik bagi Yesus. “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai,” (Gal 6: 9).