Sabda Hidup
Rabu 10 Maret 2021, Rabu Pekan Prapaskah III
Nasrudin menemukan sebuah intan di pinggir jalan. Menurut hukum, yang menemukan dapat menjadi pemilik hanya jika ia sudah mengumumkan penemuanya di tengah-tengah pasar sebanyak tiga kali, pada kesempatan yang berbeda-beda.
Maka tiga malam berturut-turut, ketika Nasrudin yakin bahwa setiap orang sudah tidur nyenyak, ia pergi ke tengah pasar dan di sana ia mengumumkan dengan suara lembut: “Aku telah menemukan sebuah intan di jalan menuju kota. Barangsiapa tahu pemiliknya, harus menghubungi aku segera.”
Tentu saja tak seorangpun dapat menangkap kata-kata Nasrudin. Pada malam yang ketiga, kebetulan seseorang berdiri di muka jendela dan mendengar Nasrudin menggumamkan sesuatu. Ketika ia menanyakan hal itu, Nasrudin menjawab: “Aku tidak wajib mengatakan hal itu kepadamu. Tetapi kukatakan kepadamu, sebagai seorang yang beragama, aku pergi ke sana tadi waktu malam, untuk memenuhi hukum.”
Untuk menjadi sungguh-sungguh jahat, orang tidak perlu melanggar hukum. Tepatilah saja secara harafiah.
Yesus juga bersabda: “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat 5: 18).
Hukum tetap ada dan Yesus datang bukan untuk meniadakannya tetapi untuk menggenapinya. Hukum apa yang hendak digenapi oleh Yesus? Pada akhirnya, kegenapan semua hukum ditemukan dalam satu hukum yang Yesus tinggalkan kepada kita, yaitu Hukum Kasih. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” Segala sesuatu datang dan pergi tapi bukan Kasih. Kasih adalah Hukum yang tetap. Detail terkecil dari tindakan kita sekalipun tidak akan berarti apa-apa tanpa kasih. Inilah yang dimaksud dengan menjadi seorang Kristen: Kasih adalah misi kita! Menghidupi hukum kasih akan membuat kita “menduduki tempat yang tinggi dalam Kerajaan Sorga.”
Bacaan Misa hari ini: Ul. 4:1,5-9; Mzm. 147:12-13,15-16,19-20; Mat. 5:17-19.