Sabda Hidup
Minggu, 6 September 2020, Minggu Biasa XXIII, Hari Minggu Kitab Suci Nasional
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.”
(Mat 18: 15).
Tidak jarang kita jumpai perikope-perikope dalam Kitab Suci yang sangat relevan dan praktis dalam kehidupan kita sekarang ini, walau Kitab Suci ditulis ribuan tahun yang lalu. Bacaan hari ini contohnya. Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita sebagai orang-orang Kristen akan tanggungjawab kita untuk merangkul kembali saudara-saudari kita yang tidak terlalu setia dan salah jalan serta membawa kembali mereka ke dalam komunitas. Bahkan Injil memberikan langkah-langkah yang jelas.
Seorang perempuan muda, sebutlah namanya Yakomina, menyimpang jalan dari Gereja sejak ia masih remaja. Setelah mencoba ikut ke sana dan ke sini, bahkan bisa dikatakan lupa akan Tuhan, akhirnya karena karya rahmat-Nya, ia menemukan jalan kembali kepada Gereja. Ia bercerita, bahwa yang sangat menyakitkan baginya selama sembilan tahun mengembara, rasanya tak seorangpun dari umat yang merasa kehilangan dia. Tak seorangpun menelpon atau mengunjunginya untuk mencari tahu apa yang terjadi. “Saya mendapat kesan bahwa Gereja tidak menginginkan saya,” katanya. Tentu saja Gereja menginginkan dia. Tetapi apa yang kita buat untuk membantu begitu banyak saudara dan saudari kita yang tersesat untuk menemukan kembali jalan kepada persatuan kembali dengan Gereja? Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk mengoreksi ketikdakpedulian kita terhadap anggota-anggota yang jatuh dan lalai atau tersesat. Kita diingatkan bahwa kita harus merangkul mereka kembali. Bahwa mencari dan merangkul mereka kembali adalah urusan kita juga.
Mengapa demikian? Pada waktu kita dibaptis, kita telah diperbaharui di dalam Kristus dan menerima Roh Kristus. Oleh karena itu, tiga tugas utama Kristus, sebagai nabi, imam dan raja juga diberikan kepada kita. Sebagai imam, kita mempersembahkan kurban melalui doa dan liturgi, sebagai nabi kita menjadi pewarta dan saksi dan sebagai raja kita berusaha untuk menegakkan kerajaan-Nya. Nah salah satu tugas kita sebagai nabi adalah menjadi “juru bicara” Allah. Bacaan pertama dari kitab nabi Yehezkiel mengatakan secara nyata “job description” seorang nabi.
“Dan engkau ………. (sebut nama anda), Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi ……….. (sebut nama komunitas/lingkungan/wilayah/paroki anda). Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka (ingat saudara-saudari yang meninggalkan Gereja) demi nama-Ku. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat (saudara/i yang meninggalkan Gereja): Hai orang jahat (saudara/i yang meninggalkan Gereja), engkau pasti mati! –dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat (saudara/i yang meninggalkan Gereja) itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat (saudara/i yang meninggalkan Gereja) itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat (saudara/i yang meninggalkan Gereja) itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”
(Yehezkiel 33: 7 – 9).
Jelas bukan? Apa yang dinubuatkan oleh Yehezkiel ini berlanjut dalam Injil yang menjelaskan apa yang harus kita buat dan bagaimana kita buat.
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali,” (Mat 18: 15).
Jadi jelas, bahwa ketika saudara/i kita berbuat dosa, menjadi tanggungjawab kita untuk menegornya. Jadi pihak yang secara rohani lebih kuat harus mengambil inisiatif untuk merangkul mereka yang secara rohani lebih lemah dan sedang mengalami kesulitan.
Apa pun kasusnya, apa yang harus dibuat adalah membawa kembali anggota yang “tersesat” ke dalam “kawanan”, untuk rekonsiliasi penuh dalam persekutuan dengan Tuhan dan dengan kita. Motivasi dari tindakan Kristiani semacam ini adalah untuk “mendapatkan kembali” saudara-saudari kita, untuk memulihkan hubungan yang rusak, bukan untuk mencela atau mencari tahu siapa yang benar atau salah.
Kepada kita ditunjukkan prosedurnya dalam tiga tahap: (1) mendekati saudara/i yang berdosa secara pribadi, dari hati ke hati; (2) jika tidak berhasil, sekali lagi mendekatinya bersama seorang lagi yang dapat dipercaya; (3) jika belum berhasil, membawa persoalan itu kepada jemaat.
Dan tentu saja semuanya itu dilakukan dalam semangat saling mengasihi. Paulus menulis:
“Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi…. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”
Rom 13: 8 – 9
Kasih tidak bisa melukai sesama; itulah sebabnya kasih adalah jawaban untuk setiap perintah. Kita juga harus menerapkan semangat saling mengampuni. Sebab dalam kasih ada pengampunan.
Akhirnya, prinsip terakhir adalah yang paling penting. Teguran terhadap saudara/i kita dilakukan dalam semangat doa. Ketika kita berdoa untuk mereka, kita akan belajar untuk melihat mereka dari sudut pandang mereka dan turut merasakan sakitnya dan pergumulan. Ketika kita berdoa, kita menyadari egoisme, kesombongan, keegoisan kita sendiri dan bagian mana kita gagal dalam hubungan kita dengan sesama. Akhirnya, doa membantu kita untuk mengingat cinta dan belas kasih Tuhan bagi kita. Dari belas kasihan dan cinta yang telah kita terima dari Tuhan, kita akan dapat memberikan belas kasihan itu kepada mereka yang telah mengecewakan kita.
Seorang yang melakukan kesalahan, yang didekati secara pribadi, dengan sopan, dalam semangat persaudaraan, pengampunan dan dilakukan dalam doa, pasti akan dengan senang hati kembali ke dalam Gereja. Marilah kita berterima kasih kepada Tuhan atas pesan yang jelas dan praktis dari bacaan hari ini. Sebagai pendengar firman Tuhan yang baik, langkah selanjutnya adalah kita sekarang pergi dan mempraktikkannya.
Selamat Hari Minggu.
Bacaan Misa hari ini: Yeh. 33:7-9; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Rm. 13:8-10; Mat. 18:15-20.