Remah Harian

MENGENAL YESUS SECARA LEBIH PENUH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 6 Agustus 2022, Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Bacaan: Dan. 7:9-10,13-14 atau 2Ptr. 1:16-19Mzm. 97:1-2,5-6,9Luk. 9:28b-36.

“Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.”

(Luk 9 : 28 – 31)

Dapat terjadi bahwa kita hidup dan bekerja bersama dengan seseorang dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa kita mengenal secara dalam orang itu. Kemudian suatu hari, sesuatu terjadi dan dengan itu terungkaplah siapa sejatinya orang itu. Ia seakan membuka pintu hatinya, membiarkan kita begitu dekat dengannya, dan kita menemukan kedalaman kekayaan yang tidak kita ketahui sebelumnya.

Injil hari ini mengungkapkan pengalaman seperti itu. Petrus, Yakobus dan Yohanes boleh untuk sejenak melihat dan mengalami siapa sebenarnya Yesus. Bagi ketiga rasul, itu adalah suatu pengalaman yang tak terlukiskan dengan kata-kata: menggentarkan, tetapi pada saat yang sama, luar biasa mulia dan  indahnya sehingga mereka ingin berlama-lama mengalaminya dengan membangun tiga kemah – satu untuk Yesus, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia. Merenungkan pengalaman itu, beberapa tahun kemudian, Petrus menulis: Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Injil mengatakan bahwa pakaian Yesus menjadi putih berkilau-kilauan. St. Gregorius dari Nazianse mengatakan bahwa, putih berkilau-kilauan itu adalah Keilahian yang diwahyukan kepada para murid. Secara tradisional Musa dan Elia mewakili Hukum dan Para Nabi, sebuah interpretasi yang dapat kita temukan dalam Prefasi dalam misa hari ini. Tetapi Musa dan Elia juga merupakan orang-orang yang telah berjumpa dengan yang Ilahi. Keduanya harus menyeberangi padang gurun, berpuasa selama 40 hari, mendaki gunung Tuhan. Musa dan Elia berdoa kepada Allah, “Perlihatkanlah kemuliaan-Mu.” Ketika Allah memperlihatkan punggungnya (bukan wajah-Nya) kepada Musa, Ia menempatkan diri-Nya pada celah batu, dan ketika Ia datang kepada Elia dalam angin sepoi-sepoi, itu terjadi di mulut sebuah gua. Rupanya keduanya mewakili mereka yang rindu untuk melihat kemuliaan Allah. “Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm 42: 2)

Apakah yang dibicarakan Musa dan Elia dengan Yesus? Lukas berkata bahwa mereka “berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem,” (Luk 9: 31). Dan sungguh dalam sengsara-Nya wajah Allah disingkapkan, seperti yang ditulis oleh Yohanes, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya,” (Yoh 1: 18).

Dalam Transfigurasi, suara Bapa terdengar, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia,” (Luk 9: 35). Teolog Gregory Palamas berkata, “Bapa dengan suaranya memberi kesaksian tentang Anak-Nya yang terpilih;Roh Kudus, bersinar bersama-Nya dalam awan yang terang, menunjukkan bahwa Anak bersama Bapa memiliki terang yang satu, seperti semua adalah milik kekayaan Mereka.”

Seperti pada saat pembaptisan Yesus, dalam Transfigurasi surga terbuka dan kita melihat sekilas kehidupan batin Tritunggal. Yesus diwahyukan sebagai Putera Bapa, yang bersabda dalam awan hadirat IIahi, tempat bersemayam Roh Kudus.

Ketiga rasul yang kelak menyaksikan derita sakrat maut Yesus di Gersemani boleh melihat sekilas siapa Dia yang sebenarnya, untuk menguatkan dan meneguhkan mereka bagi apa yang akan terjadi, dan membantu mereka untuk memahami apa yang diwahyukan dalam Sengsara-Nya. Yohanes berkata mengawali Injilnya, “Kita telah melihat kemuliaan-Nya”. Apakah itu menunjuk pada Transfigurasi atau Penyaliban, Tabor atau Kalvari? Atau dalam arti tertentu kedua gunung itu adalah satu? Atau Tabor merupakan pratinjau Calvari, atau visi yang lebih dalam dari Penyaliban?

Sama seperti para rasul, mendapat peneguhan di Tabor sebelum peristiwa Kalvari, Tuhan pasti mengizinkan kita untuk mengalami “peristiwa tabor” di sela-sela penderitaan “kalvari” dalam hidup kita.

Akan tetapi kita juga diingatkan, ketika kita berada di puncak Tabor, hendaknya kita tidak lupa diri, terpisah dari pergulatan kehidupan nyata seperti kerinduan Petrus: “Tuhan, baiklah kami mendirikan 3 buah kemah di sini.” Tidak! Mereka tidak boleh selamanya di puncak Tabor! Transfigurasi adalah sebuah moment rohani di mana Allah memberi peneguhan dan kekuatan atas iman kita akan Putra-Nya. Kita harus kembali menatap dan menghadapi dunia nyata kita; dunia membutuhkan kita untuk saling berbagi dan menguatkan satu dengan yang lain.

Karena itu, jika anda diizinkan untuk mengalami “peristiwa tabor” di dalam hidup anda, maka jangan lupa untuk membaginya kepada orang lain di sekitar anda. Biarlah mereka pun mendapatkan kekuatan dan peneguhan atas iman dan keyakinan mereka, kendatipun mungkin mereka hanya diizinkan untuk mendengarkannya tanpa mengalaminya.

Author

Write A Comment