Sabda Hidup
Sabtu, 29 Januari 2022, Sabtu Pekan Biasa 3
Bacaan: 2Sam. 12:1-7a,11-17; Mzm. 51:12-13,14-15,16-17; Mrk. 4:35-41.
“Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
(Mrk 4: 37 – 40)
Seorang gadis kecil sedang menyeberang sebuah jembatan gantung. Ketika jembatan bergoyang ia mulai takut. Ayahnya yang berjalan bersamanya berkata: “Pegang tangan ayah!” Tetapi gadis itu menjawab: “Tidak Ayah, Ayahlah yang pegang tanganku.” “Apa bedanya kamu pegang tangan ayah, dan ayah pegang tanganmu?” tanya ayahnya. “Beda ayah. Kalau aku yang pegang tangan ayah, kalau aku takut atau terkejut, mungkin aku akan melepaskan pegangan tanganku. Tetapi kalau Ayah yang pegang tanganku, apa pun yang terjadi, aku yakin Ayah tidak akan melepaskan pegangan tanganmu.”
Itulah iman. Allah tetap akan memegang tangan kita, kendati kadang “kita melepaskan pegangan tangan kita.”
Dalam Injil hari ini, Yesus tidur nyenyak ketika perahu perahu dihantam oleh taufan. Para murid ketakutan, meski Tuhan bersama-sama dengan mereka di dalam perahu. Mungkin bukan Yesus lah yang tidur, tetapi iman para muridlah yang tidur. Pertanyaan yang sama diajukan kepada kita, di saat kita mengalami badai hidup: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4: 40). Apakah kita mengenali kehadiran Tuhan, terutama ketika kita mengalami badai hidup, ketika kita mengalami kemalangan, kesedihan, dan godaan?