Sabda Hidup
Sabtu, 24 September 2022, Sabtu Pekan Biasa XXV
Bacaan hari ini: Pkh. 11:9 – 12:8; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Luk. 9:43b-45.
“Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
(Luk 9: 44)
Konteks perikope Injil hari ini adalah peristiwa-peristiwa beruntun di mana para murid mengenali Guru mereka sebagai Mesias melalui pengakuan Petrus, kemudian disusul peristiwa Yesus berubah rupa di puncak gunung. Dalam peristiwa itu para murid mendapatkan gambaran tentang kemuliaan Yesus. Peristiwa tersebut kemudian disusul dengan peristiwa Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit. Reaksi orang banyak adalah: “Mereka takjub karena kebesaran Allah,” (Luk 9: 43)
Para murid mengalami titik tertinggi popularitas Yesus. Justru pada titik inilah Ia mengatakan kepada para murid-Nya: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan kedalam tangan manusia.”
Lukas mencatat bahwa mereka tidak mengerti perkataan Yesus itu. Mereka tidak mengerti karena mereka berkutat dengan pandangan mereka sendiri, mereka memakai standard mereka sendiri. Mereka berpikir tentang seorang Mesias politis. Ketika mendengar Yesus menyebut diri-Nya “Anak Manusia”, mereka membayangkan Anak Manusia yang datang dalam kemuliaan seperti digambarkan oleh Daniel. Yesus tidak dapat berkomunikasi dengan mereka karena mereka menutup diri dengan pikiran dan pemahamanan mereka sendiri. Mungkin mereka takut bahwa penderitaan akan menimpa Yesus dan pada gilirannya akan menimpa mereka juga.
Betapa sering dalam kehidupan kita, bahwa kita berkutat dengan pikiran dan pemahaman kita sendiri. Kita berpegang pada pengertian kita sendiri. Perubahan sering kali menuntut kita untuk mengubah cara pandang dan cara pikir kita. Pertumbuhan dan perkembangan sering kali terjadi, hanya setelah kita mengubah cara kita memandang dunia, sesama dan diri sendiri. Tidak jarang, justru melalui peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan Yesus hendak berkomunikasi dengan kita. Membiarkan Yesus berkomunikasi dengan kita berarti kita perlu mendengarkan, membuka diri kita pada suatu petualangan baru bersama-Nya, meninggalkan zona nyaman kita, merendahkan diri dan bila perlu “mati” bersama-Nya.
Pandangan hidup manakah yang harus anda ubah agar anda bertumbuh dan berbuah?