Sabda Hidup
Selasa, 26 September 2023, Peringatan Wajib St. Kosmas dan St. Damianus
Bacaan: Ezr. 6:7-8,12b,14-20; Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5; Luk. 8:19-21.
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”
(LUK 8: 19 – 21)
Dalam perikope Injil hari ini, Yesus nampak seakan tidak sopan terhadap Ibu-Nya. Namun sesungguhnya, perikope ini merupakan bagian Injil yang indah. Yesus bukan menunjukkan sikap tidak hormat kepada ibu-Nya, sebab justru dialah yang mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah sehingga Sang Sabda dilahirkannya. Dialah yang, dengan sangat sempurna, telah menggenapi kehendak Allah: “Aku ini adalah hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Luk. 1:38), adalah jawabnya kepada Malaikat yang membawa Kabar Sukacita kepadanya.
Yesus memberi tahu kita apa yang perlu kita lakukan untuk menjadi anggota keluarga-Nya: “mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk. 8:21) dan untuk mendengarkan Dia, kita harus mendekat kepada-Nya, seperti yang dilakukan oleh keluarga-Nya sendiri, ketika mereka pergi ke tempat Dia berada, tetapi tidak dapat mencapai-Nya karena kerumunan orang banyak. Meskipun tidak dapat mencapai-Nya, mereka tetap berusaha mendekat. Mungkin akan lebih mudah bagi kita untuk bertanya pada diri kita sendiri: apakah untuk lebih dekat dengan Firman Allah, kita berjuang dan berusaha mengatasi rintangan yang terus kita temukan di tengah hidup kita? Apakah saya menyediakan waktu, setiap hari, beberapa menit untuk membaca, mendengarkan atau merenungkan Kitab Suci? Santo Thomas Aquinas mengingatkan kita, “Kita harus terus menerus merenungkan Firman Allah (…); meditasi ini adalah bantuan yang sangat kuat dalam perjuangan kita melawan dosa”.
Dan, akhirnya, untuk tinggal di dalam Firman, tidaklah cukup hanya dengan mendengarnya. Kita harus menerapkannya dalam tindakan jika kita ingin menjadi anggota keluarga Allah. Kita harus mempraktikkan apa yang diperintahkan kepada kita! Inilah sebabnya mengapa kita perlu bertanya pada diri kita sendiri: apakah kita mendengar dan melaksanakan Firman-Nya hanya ketika apa yang dikatakan-Nya sesuai dengan keinginan kita? Atau karena mudah untuk dilakukan? Bagaimana jika menuruti firman-Nya itu berarti melepaskan kenyamanan, gengsi, hal-hal material atau apa pun yang kita miliki?
Marilah kita berdoa kepada Bunda Maria agar, seperti yang pernah dilakukannya, kita dapat mendengar dan taat kepada Firman Allah, sehingga dengan demikian, kita pantas disebut sebagai saudara dan saudari Yesus serta dapat mengikuti jalan menuju kebahagiaan kekal.
Tuhan, bukalah hatiku selalu untuk menerima Firman-Mu. Bantulah aku untuk selalu siap sedia menaati Firman-Mu. Amin.