Remah Harian

Menanggapi Undangan

Pinterest LinkedIn Tumblr

Perumpamaan tentang Perjamuan Besar adalah kecaman bagi para Ahli Taurat dan Farisi yang tidak menanggapi pewartaan Yesus. Karena obsesi mereka pada tradisi, adat, ritual dan hukum para ahli Taurat dan Farisi tidak dapat menemukan apa yang baik dari gerakan yang dimulai oleh Yesus. Malahan, mereka melihatnya sebagai ancaman bagi agama mereka. Seperti para tamu dalam perumpamaan memberikan pelbagai dalih untuk tidak menghadiri perjamuan itu, para ahli Taurat dan Farisi mempunyai pelbagai macam dalih untuk tidak menerima ajaran Yesus. Sejarah Kristianitas menunjukkan bahwa tidak banyak orang Yahudi yang menerima Kristianitas, meskipun Yesus sendiri adalah seorang Yahudi dan fokus utamanya adalah melakukan pembaharuan bagi bangsa-Nya.

Pesan apa yang diberikan oleh perumpamaan itu bagi para pengikut Yesus sendiri? Seringkali kita terlalu cepat merasa puas, mengira bahwa kita sudah diselamatkan karena kita adalah orang-orang Kristen. Ritual dan doa rutin tidak membuat kita pengikut Kristus yang sejati. Lahir sebagai orang Kristen baru merupakan udangan untuk menjadi murid Yesus. “Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku,” (Luk 14: 24) menjadi peringatan bahwa kita pun tidak dijamin masuk dalam Kerajaan-Nya hanya karena kita lahir dan dibesarkan sebagai seorang Kristen.

Bertrand Russel dalam bukunya “Mengapa saya tidak menjadi seorang Kristen?” mengatakan, “Saya hanya mengenal seorang Kristiani, tetapi ia bukan seorang Kristen.” Ia menulis tentang Mahatma Gandhi yang meskipun ia tetap seorang Hindu, ia menghidupi dan mempraktekkan prinsip-prinsi dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Yesus, khususnya apa yang diajarkan dalam kotbah di bukit. Ia bukan seorang Kristen, tetapi ia menerima undangan Kristus.

Murlidhar Devidas Amte, yang lebih dikenal Baba Amte (1914 – 2008) adalah seorang pekerja sosial di India yang memberdayakan ribuan orang berpenyakit kusta. Ia bukan seorang Kristen tetapi menghidupi nilai-nilai Kristus. Suatu kali ia berkata: “Adalah mudah bagi kita untuk mengasihi Allah, tetapi sulit baginya untuk mengikuti perintah “kasihilah sesamamu.” Ia juga berkata: “Salib adalah lambang penyaliban hidup seseorang untuk membuat orang lain bahagia. Saya adalah pengikut Kristus, tetapi bukan seorang Kristen yang berkata: “Saya ada rapat jam setengah lima”, sementara ada seorang yang sekarat di selokan.”

Kita, para pengikut Kristus, sedang dalam proses untuk menjadi murid-murid-Nya yang sejati. Semakin kita memanfaatkan peluang untuk mempraktekkan nilai-nilai pokok Yesus seperti pengampunan, kepekaan, belas kasih, bela rasa, berbagi dan melayani dengan tulus, kita semakin menjadi murid-murid Kristus. Setiap hari Tuhan memberi kita peluang dan kesempatan untuk mengampuni, untuk berbela-rasa, membagi waktu dan sumber daya dengan mereka yang membutuhkan dan melayani dengan tulus. Apakah saya mengambil kesempatan itu?

Bacaan Misa hari ini: Rm. 12:5-16aMzm. 131:1,2,3Luk. 14:15-24

Author

Write A Comment