Remah Mingguan

MEMBERIKAN NYAWA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 25 April 2021, Minggu Paskah IV, Hari Doa Panggilan Sedunia ke-58.

“Akulah Gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.”

(Yoh 10: 14 – 15)

Tiga orang anak sedang bercerita tentang bagaimana kakek mereka meninggal. Yang pertama bilang: “Kakek saya meninggal sebagai seorang tentara yang sedang mengabdi negara kita.” Yang kedua bilang: “O.. kalau kakek saya meninggal sebagai seorang polisi yang sedang menjalankan tugas.” Yang ketiga bilang: “Kalau kakek saya meninggal dalam damai dalam tidurnya, tidak seperti orang-orang yang ada di sekitar dia, semua berteriak ketakutan dalam bus waktu kakek saya mengemudikan bus itu!”

Hari ini adalah Hari Minggu Gembala Yang Baik. Injil kita (Yoh 10: 11 – 18) menggambarkan dengan jelas seperti apa gembala yang baik itu – seorang yang rela mengorbankan nyawanya bagi domba-dombanya. Nah, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri: Untuk siapa atau untuk apa saya hidup? Untuk siapa dan untuk apa saya rela mati?

Kita semua pasti akan mati. Tak dapat disangkal, kita semua sama dalam hal itu. Walau demikian, pertanyaan yang harus kita ajukan adalah bagaimana kita akan mati? Lebih tepat lagi, kita akan mati untuk apa? Pada pertanyaan ini, kita masing-masing tidak sama. Ada yang mati untuk uang, untuk kuasa, untuk kemuliaan. Yang lain mati demi cinta atau demi misi hidup. Apapun alasanya, yang bermakna adalah bahwa kita mati untuk sesuatu atau seseorang yang lebih mulia dari diri kita sendiri.

Ketika saya menjumpai orang-orang yang mengabdikan hidupnya untuk kebaikan anak-anak mereka, untuk kebaikan tanah air, untuk kebaikan ibu bumi, atau untuk Kerajaan Allah, mereka sungguh mengagumkan dan memberi inspirasi. Tetapi tidak jarang juga saya berjumpa dengan orang-orang yang hanya berpusat pada diri sendiri. Dan itu mengecewakan.

Apakah anda mempunyai kawanan yang harus anda perhatikan? Apakah anda mempunyai sesuatu yang sedang anda perjuangkan di dunia ini? Anda punya misi yang anda emban hingga anda mengorbankan hidup anda? Apakah anda punya pelayanan atau kerasulan? Jika tidak, mungkin hidup anda akan hampa, hanya berpusat pada diri sendiri, dan hanya bikin penuh dunia saja.

Saya sendiri sebagai seorang imam, semoga dapat sungguh-sungguh menjadi alter Christus, menjadi semakin serupa dengan Dia, Sang Gembala Baik. Adalah suatu anugerah istimewa bahwa saya dapat berpartisipasi dengan imamat Kristus sendiri.

Hari ini juga kita rayakan sebagai Hari Doa Panggilan Sedunia ke-58. Kita sadar bahwa lebih dari segala upaya kita mempromosikan panggilan, kita harus tetap berdoa kepada “Tuan Panenan” agar mengutus para pekerja-Nya, sebagai imam dan biarawan-biarawati.

Dalam beberapa hari lagi, kita juga akan masuki Bulan Mei, Bulan Maria. Kita bersyukur bahwa kita punya seorang Ibu yang tidak hanya mengasihi dan memjaga kita, tetapi juga membimbing dan menantang kita. Anda perlu pertolongan? Anda perlu tuntunan dan kekuatan? Anda perlu arahan? Pergilah kepada Bunda Maria!

Dalam ‘Magnificat” Bunda kita berseru: “Jiwaku memuliakan Tuhan!” Apa yang anda muliakan dalam hidup anda? Betapa banyak di antara kita yang hidup sekadar memuliakan diri dan kepentingan sendiri! Tanpa belajar untuk rendah hati dan pengosongan diri, kita tidak akan pernah sungguh-sungguh bahagia. Lebih buruk lagi kalau kita bernasib menjadi “orang-orang yang congkak hati yang akan Ia cerai-beraikan atau orang yang berkuasa yang akan diturunkan dari takhta!”

Mari muliakan Tuhan! Tuhan yang adalah Gembala baik yang memelihara dan menyelenggarakan hidup kita. Mari percayakan diri kita pada-Nya!

Di Tahun St. Yoseph ini, marilah kita juga secara istimewa belajar darinya. “Di tengah semua pergolakan yang terjadi dalam hidupnya, Yosep menemukan keberanian untuk mengikuti kehendak Tuhan. Begitu pula dalam panggilan: panggilan Tuhan selalu mendesak kita untuk mengambil langkah pertama, untuk memberikan diri kita sendiri, terus melangkah maju. Tidak ada iman tanpa risiko. Hanya dengan menyandarkan diri kita sendiri pada rahmat, mengesampingkan program hidup dan kenyamanan kita, kita benar-benar dapat mengatakan “ya” kepada Tuhan. Dan, setiap “ya” melahirkan buah karena menjadi bagian dari rencana yang lebih besar, darinya kita hanya memandang detailnya, tetapi yang diketahui dan dijalankan Sang Seniman Ilahi, menjadikan setiap kehidupan sebagai sebuah mahakarya. Dalam hal ini, Santo Yoseph adalah teladan unggul penerimaan rencana Allah. Namun, ia menerimanya dengan aktif: tidak pernah enggan atau pasrah. Yosep “bukan orang yang mundur dengan pasif, tetapi pelaku yang berani dan kuat” (Patris Corde, 4).

Semoga semakin hari kita semakin menghadirkan Sang Gembala Yang Baik di manapun kita berada. Bunda Maria dan St. Yoseph, doakan dan bantulah kami.

Duka kita bersama untuk seluruh awak KRI Nanggala 402 yang gugur dalam tugas mereka.

Bacaan hari ini: Kis. 4:8-12; Mzm. 118:1,8-9,21-23,26,28cd,29; 1Yoh. 3:1-2; Yoh. 10:11-18.

Author

Write A Comment