Sabda Hidup
Jumat, 11 Juni 2021, Hari Raya Hati Kudus Yesus
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.” Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam..”
(Yoh 19: 32 – 37)
Biasanya, kita menggambarkan cinta dalam bentuk ❤. Oleh sebab itu ketika kita mengekspresikan cinta, kita ungkapkan: I ❤ U, I ❤ Indonesia, I ❤ Papua dan seterusnya. Namun ekspresi cinta yang paling komplet kita rayakan hari ini. Cinta yang memberi diri, cinta tanpa batas yang tercurah oleh Kristus di kayu salib.
Ada yang menggambarkan apa yang terjadi pada diri Yesus secara medis. Di sekeliling jantung kita ada membran yang disebut PERICARDIUM. Namanya berasal dari Bahasa Yunani “Peri” berarti sekeliling atau mengelilingi dan “cardion” – berarti jantung atau yang berhubungan dengan jantung. Membran ini berfungsi sebagai lapisan yang melindungi jantung, yang membungkus jantung itu sehingga kokoh terletak pada diafragma dan tulang dada. Lapisan dalam pericardium itu (pericardium terdiri dari dua lapisan) adalah lapisan halus yang berisi cairan pericardial yang memungkinkan jantung berdenyut secara normal.
Ada yang menganalisa bahwa sebelum wafat, Yesus menderita Hypovolemic shock [Kondisi di mana tubuh kehilangan 20% atau lebih darah dan cairan. Kondisi ini mengakibatkan jantung tak mampu memompa darah yang cukup untuk tubuh], akibat didera, dicambuk dan dupukuli. Ketika memikul salib menuju Golgota Yesus jatuh tiga kali. Kejatuhan-Nya menunjukkan tekanan darah yang rendah. Di atas kayu salib Ia juga berkata “Aku haus”, suatu indikasi dari hypovolemic shock yang dideritaNya, sehingga tubuh memerlukan cairan.
Sebelum wafat, hypovolemic shock itu menyebabkan jantung-Nya berdenyut dengan cepat sehingg cairan terkumpul dalam pericardium di sekeliling jantung-Nya itu dan di sekeliling paru-paru. Terkumpulnya cairan di sekeliling jantung ini disebut pericardial effusion dan terkumpulnya cairan di sekeliling paru-paru disebut pleural effusion. Maka ketika seorang serdadu menusuk lambungnya (kemungkinan besar lambung kanan) dengan tombak, tombak itu menembus paru-paru hingga jantungnya dan mengalirlah darah dan air seperti kita dengar dalam Injil Yohanes yang kita baca tadi.
Suatu gambaran yang sangat memilukan (untuk tidak mengatakan mengerikan), akan tetapi juga sangat menyentuh (menusuk hati kita). Begitu besar cinta Tuhan hingga ketika Ia wafat pun masih memberi. Mengalir dari jantung hati-Nya. Pemberian diri tanpa batas.
Jules Chevalier, pendiri Kongregasi Misionaris Hati Kudus (MSC) berkata:
“Sang Sabda, yang datang dari Hati Bapa-Nya, menciptakan dunia dari ketiadaan, dan dari Hati Sang Sabda yang menjadi manusia, yang tertikam di Kalvari, saya melihat sebuah dunia baru lahir, dunia dari mereka yang dipilih-Nya. Dari ciptaan ini, yang begitu subur, penuh dengan kemegahan dan yang terinspirasikan oleh cinta dan pengampunan, adalah Gereja, tubuh mistik Kristus, yang membuat ciptaan baru ini hadir di dunia, sampai akhir jaman.”
Jules Chevalier
Apa maknanya bagi kita?
Sudah sepantasnya kita mengucap syukur. Syukur atas cinta Tuhan.
Tapi tidak cukup hanya berhenti pada rasa syukur saja. Dunia baru itu, yang mengalir dari Hati-Nya itu tidak jadi dengan sendirinya.
Pater Chevalier sendiri mengatakan, “Gereja, tubuh mistik Kristus, yang membuat ciptaan baru hadir di dunia, sampai akhir jaman”.
Siapa Gereja? Kita.
Pembaharuan itu mulai dari kita. Itu pula yang menjadi warta Hari Raya Hati Kudus Yesus. Kita dipanggil untuk menjadi pembaharu, dengan terlebih dahulu menjadi manusia baru, sehingga dapat membawa Hati Baru untuk dunia.
Setiap kali kita memandang Dia yang tertikam, semoga kita pun diubah, hati kita diubah, diberdayakan agar kita mengasihi seperti Ia sendiri telah mengasihi kita. Devosi kita kepada Hati Kudus hendaknya menuntun kita pada “the way of the Heart”, cara hidup menurut Hati Yesus, agar Hati Allah hadir di tengah-tengah kehidupan kita.
Ya Yesus yang lembut dan rendah hati, jadikanlah hati kami seperti Hati-Mu.
Bacaan hari ini: Hos. 11:1,3-4,8c-9; MT Yes. 11:2-3,4-bcd,5-6; Ef. 3:8-12,14-19; Yoh. 19:31-37.