Sabda Hidup
Minggu, 25 Juli 2021, Minggu Biasa XVII
“Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.”
(Yoh 6: 11 – 13)
Suatu ketika, di sebuah kota diselenggarakan sebuah galla dinner untuk menghimpun dana bagi karya misi di pedalaman. Tamu-tamu elit papan atas datang dengan pakaian mewah dan berkilau untuk acara tersebut. Mereka sama sekali tidak keberatan membeli tiket yang mahal untuk acara tersebut. Puncak acara tersebut adalah dansa di ballroom yang mewah itu. Oleh sebab itu tema acara tersebut adalah: “Dansa untuk Orang Miskin.” Tentu sebelum datang ke acara tersebut para tamu sudah mengorbankan waktu juga untuk berlatih dansa, agar tidak memalukan.
Setelah acara yang penuh dengan gebyar gegap gempita dan menyenangkan itu, seorang ibu berdiri di luar hotel menunggu mobil yang menjemputnya. Sekelompok pengemis mendatanginya dan minta sedekah. Ia cuek saja, tidak memperhatikan mereka sama sekali, hingga salah seorang dari para pengemis itu, untuk menarik perhatiannya menarik pakaian ibu itu. Ibu itu menjadi marah dan sambil mengusir mereka ia berkata: “Pergi! Pergi! Bisa robek bajuku yang mahal ini nanti! Tidak tahukah kamu, berapa banyak uang yang baru saja saya sumbangkan untuk kalian orang-orang miskin!!??”
Suatu sikap selektif dalam berbagi. Mungkin kita bertanya, apakah ibu itu memang sungguh-sungguh tulus berbagi? Jika memang sikap dasar kita ingin berbagi, tentu kita berbagi, di manapun dan kapanpun dibutuhkan. Jika memang karakter dasar baik, tentu di manapun kita akan berbuat baik. Kita cenderung untuk mempertahankan apa yang kita miliki dan menyimpan untuk diri sendiri. Ekonomi kan lagi sulit. Kita cenderung untuk menimbun sebanyak kekhawatiran kita akan masa depan, dan bukan menurut apa yang kita sungguh-sungguh butuhkan. Hasilnya, makanan membusuk dalam kulkas, ngengat dan kecoa berpesta pora dan pakaian-pakaian tertumpuk lapuk di lemari. “Tidak ada musibah yang lebih besar daripada keinginan yang berlebihan. Tidak ada rasa bersalah yang lebih besar daripada ketidakpuasan. Tidak ada bencana yang lebih besar dari keserakahan,” kata Lao Tzu. “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima,” (Kis 20: 35)
Dalam Injil hari ini Yesus memberi makan lebih dari 5.000 orang dengan melipatgandakan lima roti jelai dan dua ekor ikan dari seorang anak yang memberi dari kekurangannya. Roti jelai adalah makanan orang miskin. Persembahan yang sedikit dan sederhana tetapi dari hati yang tulus berkenan kepada Tuhan dan dari-Nya Tuhan memberi makan begitu banyak orang.
Apa yang Tuhan inginkan agar kita lakukan adalah rela dan mau berbagi, memberi dari apa yang kita miliki, terutama bagi mereka yang berkekurangan, mereka yang benar-benar elit – ekonomi sulit – mereka yang secara emosional, spiritual berkebutuhan.
Saya yakin bahwa Tuhan memang menghendaki bahwa sebagian dari kita menerima rahmat dari-Nya lebih banyak dari yang lain. Itu bisa berupa bakat-bakat, kemampuan, waktu dan kekayaan. Namun Tuhan juga ingin mengetahui, seberapa besar hati kita. Mereka yang menerima karunia Tuhan lebih banyak dari yang lain mempunyai tanggungjawab untuk memberi kepada mereka yang berkekurangan, bukan hanya secara material tetapi juga bantuan-bantuan lain secara politis, ekonomi, kesejahteraan emosional dan rohani.
Sahabat-sahabat, sudah sering kita mendengar kisah Injil hari ini. Dan mungkin, karena sudah hafal ceritanya, kita tidak terlalu memperhatikannya lagi. Kita tidak dapat membuat mukjizat seperti Nabi Elisa (bacaan pertama) dan Yesus. Tetapi kita dapat mempergunakan apa yang kita miliki untuk membantu mereka yang berkekurangan. Yang sedikit, jika kita persembahkan dengan tulus, di tangan Tuhan akan menjadi berkelimpahan.
Tuhan mengundang kita semua untuk saling membantu, berbagi apa yang kita miliki. St. Teresa dari Calcutta berkata: “Ia menggunakan kita agar cinta dan belas-kasih-Nya nyata di dunia kendati kelemahan dan keringkihan kita.” Berdoalah, agar kita berani mengambil risiko untuk memberi, bahkan yang sedikit yang kita punya.
Saat ini ada begitu banyak saudara-saudara yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan sebari-hari mengalami kesulitan karena dampak pandemi Covid-19. Apa yang dapat saya perbuat? Apa yang dapat saya bagikan meski sekecil apapun?
Bacaan hari ini: 2Raj. 4:42-44; Mzm. 145:10-11,15-16,17-18; Ef. 4:1-6; Yoh. 6:1-15.