Remah Mingguan

MEMBATASI ROH ALLAH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 26 September 2021, Minggu Biasa XXVI Tahun B
Bacaan: Bil. 11:25-29; Mzm. 19:8,10,12-13,14; Yak. 5:1-6; Mrk. 9:38-43,45,47-48.

“Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

(Mrk 9: 38 – 40)

Di Keuskupan Anu, Pastor Anu memulai sebuah persekutuan doa yang dilaksanakan di gedung pusat pastoral Keuskupan tersebut. Imam-imam lain mendirikan juga persekutan-persekutuan doa yang serupa di paroki mereka masing-masing, tetapi dalam skala lebih kecil. Maka pergilah Pastor Anu menghadap Bapa Uskup dan mendesak agar Bapak Uskup menandatangani sebuah deklarasi bahwa persekutuan doanya adalah satu-satunya persekutuan doa resmi di Keuskupan tersebut. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin pelayanan doa penyembuhan harus pergi ke gedung pusat pastoral, tak boleh ke tempat lain. Dengan kata lain, deklarasi tersebut, menyatakan bahwa Tuhan tidak boleh menyembuhkan siapapun dalam keuskupan tersebut kecuali di gedung pusat pastoral di mana dilaksanakan persekutuan doa oleh Pastor Anu. Akan tetapi, dapatkah Tuhan dibatasi seperti itu? Dapatkah pikiran sempit seperti itu membatasi Tuhan?

Musa, lebih dari 3000 tahun lalu, tahu akan hal itu. Orang-orang Israel yang dipimpinnya menuju Tanah Terjanji, mempunyai pemahaman yang jelas tentang kekudusan Tuhan. Mereka mendirikan perkemahan mereka di lembah, jauh dari gunung yang mereka percaya sebagai tempat Tuhan berdiam. Di tengah-tengah, di antara lembah dan gunung, mereka membangun sebuah kemah istimewa, Kemah Pertemuan antara Tuhan dan Musa pemimpin mereka. Siapa saja yang menyimpang ke gunung dihukum mati; ia sudah melintasi teritori Tuhan. Mereka pun percaya bahwa Tuhan tidak akan menyimpang ke teritori mereka di perkemahan. Batas-batasnya jelas. Semuanya diatur dengan jelas. Mereka percaya bahwa mereka tahu di mana Tuhan tinggal dan di mana Ia “tidak boleh” tinggal.

Tetapi Tuhan tidak dapat dibatasi. Kebenaran ini terungkap pada saat mereka memilih 70 tua-tua untuk membantu Musa. Seperti dikisahkan dalam bacaan pertama, ketujuhpuluh tua-tua tersebut sudah dicatat sebelumnya. Pada hari peneguhan, mereka datang ke kemah pertemuan di mana Tuhan akan mengambil sebagian Roh yang hinggap pada musa dan ditaruh atas mereka. “Ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi,” (Bil 11: 25). Tetapi ada dua orang, Edad dan Medad, yang juga dicatat untuk menjadi tua-tua, tetapi entah kenapa, tidak datang ke kemah pertemuan. Yang penting untuk diperhatikan di sini adalah bahwa ternyata Roh Tuhan juga hinggap atas mereka berdua yang tidak pergi ke kemah pertemuan. Maka mulailah mereka berdua bernubuat seperti nabi yang ke kemah pertemuan.

Lho, koq Tuhan melintasi batas yang telah ditentukan dengan begitu rapi dalam pikiran mereka? Ini merupakan suatu kejutan bagi bangsa Israel. Segera mereka bergegas untuk memberi tahu Musa, dan Yosua meminta Musa untuk menghentikan mereka Edad dan Medad. Tapi Musa hanya tersenyum dan berkata, “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!” (Bilangan 11:29). Barangkali Musa hendak berkata: “Bukankah itu akan membuat pekerjaan sedikit lebih ringan?”

Orang-orang yang berpikiran sempit seperti Yosua selalu saja ada di antara umat Tuhan. Dalam Injil kita melihat mereka dalam pribadi Yakobus dan Yohanes, Anak-anak Guntur, yang ingin menurunkan api dari surga untuk menghanguskan beberapa penentang gerakan Yesus (Lukas 9:52-56). Dalam Injil hari ini, Yohanes yang melaporkan kepada Yesus bagaimana dia mencoba menghentikan seorang pria yang bukan anggota “kelompok mereka”, yang mengusir setan dalam nama Yesus. Mengapa dia melakukan itu? Karena, menurut pemikirannya, Tuhan harus membatasi diri-Nya pada kelompok Yesus. Tetapi Yesus, Musa yang baru, ada di sana untuk mengoreksi dia, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mrk 9:39-40). Roh Allah tidak dapat dibatasi.

Sahabat-sahabat, hari ini kita diundang untuk tidak berpikir berdasarkan kategori-kategori teman atau lawan, kami atau mereka, orang dalam atau orang luar, milikku dan milikmu, tetapi untuk memandang lebih luas, membuka hati kita agar dapat mengenali kehadiran dan karya Tuhan, bahkan di tempat atau pada situasi yang tak terduga, yang bukan bagian dari lingkaran kita. Yang lebih utama adalah kepekaan kita pada otentisitas kebaikan, keindahan dan kebenaran, bukan pada siapa yang melakukannya.

Kasih itu inklusif, bukan eksklusif. Semoga kita tidak terjebak dalam cinta diri.

Author

Write A Comment