“Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk 12: 54 – 56).
Seberapa bagus kemampuan anda membaca tanda-tanda? Yesus mengharapkan murid-murid-Nya dapat membaca tanda-tanda jaman dengan baik. Para pelaut tahu betapa pentingnya memperkirakan keadaan cuaca sehingga dapat berlayar dengan selamat. Para petani juga tahu memperkirakan cuaca sehingga mereka tahu kapan mulai menanam. Begitu banyak usaha sekarang ini untuk memperkirakan cuaca – dengan bantuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi – sehingga kita dapat terhindar dari bencana alam, dari badai, banjir, gempa bumi, tsunami dan sebagainya, sehingga dapat diberikan peringatan dini sebelum bencana menghantam kita.
Namun, seberapa bagus kita membaca tanda-tanda agar kita terhindar dari bencana hidup? Kemampuan untuk membaca cuaca moral dan rohani dalam diri kita dan di sekitar kita sangat vital agar kita terhindar dari krisis moral dan rohani.
Allah telah memberikan Roh Kudus kepada kita. Namun kita dapat jatuh dalam bencana jika kita memupuk sikap PERMISIF. “Ah…dosa kecil-kecil gak apa-apalah…. Ah menyeleweng sedikit-sedikit tidak apa-apalah… Ah..cuma senggol-senggol sedikit… Ah cuma colek-colek sedikit…. Ah cuma korupsi kecil-kecilan…. Ah yang lain juga berbuat begitu…..” Sampai akhirnya… Terlambat sudah!
Yang kedua, bencana terjadi karena kita suka MENUNDA. Perkawinan tidak hancur dalam waktu semalam. Seseorang kehilangan iman tidak terjadi dalam semenit. Orang-orang muda tidak jadi pemadat narkoba dalam sekejap. Seorang imam atau religius keluar meninggalkan imamat atau hidup religiusnya juga tidak terjadi dalam sehari dua hari saja. Sebelum semuanya itu terjadi ada tanda-tanda yang sudah memberikan peringatan kepada kita. Tetapi sering kali kita tidak berbuat apa-apa, atau kita sering MENUNDA untuk berbuat sesuatu. Kita menunda untuk berekonsiliasi, menunda untuk minta maaf, menunda untuk mengatakan “I love you”. Menunda untuk membangun hidup doa yang dalam. Menunda mencari bimbingan. Menunda untuk memberikan waktu dan berdialog dengan anak-anak. Menunda untuk ini dan itu. Semakin kita menunda, maka semakin sulit persoalan ditangani.
Semoga kita semakin peka untuk melihat tanda-tanda dan mampu untuk mengambil sikap dan tindakan yang perlu. Terlebih lagi, semoga kita terbuka bagi rahmat Roh Kudus agar Ia mengubah hati dan pikiran kita sehingga dapat mengenal dan memilih yang baik dan benar sesuai kehendak-Nya.
Bacaan Misa hari ini: Rm. 7:18-25a; Mzm. 119:66,68,76,77,93.94; Luk. 12:54-59