Remah Harian

MELEMPAR API KE BUMI

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 21 Oktober 2021, Kamis Pekan Biasa XXIX
Bacaan: Rm. 6:19-23; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 12:49-53.

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!”

(Luk 12: 49)

Api yang mau dilemparkan oleh Yesus ke bumi adalah Roh Kudus, api yang menyala dalam diri kita sejak kita dibaptis. Api itu adalah daya kreatif yang memurnikan, membarui, yang membakar derita manusia, membakar segala cinta diri, segala dosa, yang mengubah kita dari dalam, melahirkan kita kembali dan memampukan kita mengasihi. Yesus menyatakan kepada sahabat-sahabat-Nya, kepada kita, hasrat dan kehendak-Nya: menyalakan api cinta Bapa di bumi. Dan Ia memanggil kita untuk menyebarkan api itu ke seluruh dunia. Yesus ingin agar api Roh Kudus merasuk dalam hati kita. Jika kita membuka diri sepenuhnya bagi gerakan Roh Kudus, Ia akan memberi kita keberanian dan semangat, untuk mewartakan kepada setiap orang tentang Yesus dan warta kerahiman dan keselamatan-Nya. Itulah api Roh Kudus yang menuntun kita kepada sesama, kepada mereka yang berkebutuhan, kepada begitu banyak penderitaan manusia, kepada segala macam permasalahan, kepada para pengungsi, mereka yang terlunta-lunta, mereka yang menderita.

“Gereja tidak memerlukan birokrat dan pejabat-pejabat saja, tetapi para misionaris yang penuh semangat, yang terbakar oleh api cinta, untuk membawa kepada setiap orang sabda Yesus yang menghibur serta rahmat-Nya. Itulah api Roh Kudus. Jika Gereja tidak menerima api ini, atau tidak mengijinkan-Nya membakar dirinya, ia menjadi dingin dan menjadi Gereja yang suam-suam kuku, tak mampu memberi hidup, karena ia dibangun dari orang-orang Kristen yang dingin dan suam-suam kuku,” kata Paus Fransiskus.

“Pentinglah bila saat ini kita mengambil waktu untuk bertanya kepada diri kita sendiri: Bagaimanakah hatiku? Dingin? Suam-suam kuku? Mampukah menerima api ini?” lanjutnya. “

Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan,” (Luk 12: 51), sabda Yesus. Ia memang “memisahkan kita dengan api”, memisahkan yang baik dari yang jahat, yang benar dari yang salah. Apa yang dikatakan oleh Yesus itu adalah panggilan untuk hidup dalam kesejatian kita, tak lagi munafik, tetapi dalam kesesuaian dengan Injil dan konsisten dengan pilihan kita. Sudah bagus kita mengaku bahwa kita adalah orang Kristen. Tetapi, lebih mantap lagi bila kita menjadi orang-orang Kristen dalam situasi konkret kita, menjadi saksi Injil yang pada dasarnya adalah KASIH kepada Tuhan dan sesama.

Author

Write A Comment