Sabda Hidup
Rabu, 12 Oktober 2022, Rabu Pekan Biasa XXVIII
Bacaan: Gal. 5:18-25; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 11:42-46.
“Celakalah kalian, hai orang-orang Farisi! Sebab kalian membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kalian mengabaikan keadilan dan kasih Allah!” …. “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.
(Luk 11: 42. 46)
Para ahli Taurat membaktikan hidup mereka untuk mempelajari hukum Musa dan menganggap diri mereka ahli dalam hal itu. Ribuan aturan-aturan kecil diturunkan dari 10 perintah Allah. Interpretasi yang sangat detil dibuat, sampai-sampai tak ada waktu untuk hal-hal lainnya. Semua itu menghasilkan tidak kurang dari 50 kitab. Dengan itu, diterapkanlah aturan-aturan yang tak perlu dan membebani. Akan tetapi hal yang lebih penting dan mendasar dalam agama, yakni kasih akan Allah dan sesama diabaikan.
Sebagai contoh, Allah memerintahkan persepuluhan bagi hasil panen yang pertama, sebagai suatu ungkapan syukur dan hormat bagi penyelenggaraan dan pemeliharaan Allah atas umatnya (Ulangan 14: 22; Imamat 27:30). Para ahli Taurat melangkah lebih jauh lagi. Mereka mengharuskan persepuluhan bagi hal-hal kecil dan tak penting secara detil dan tepat seperti selasih, inggu dan segala jenis sayuran. Bayangkan bila anda harus mempersembahkan persepuluhan dari rica, seledri, kemangi, dan sayur-sayuran lain yang anda tanam di teras rumah anda! Mereka memperhatikan hal-hal kecil sampai sedetil-detilnya tetapi melupakan perhatian bagi mereka yang lemah dan membutuhkan. Hati mereka dipenuhi dengan kebanggaan karena praktek-praktek keagamaan seperti itu, tapi mereka membebani umat dengan hal-hal yang tak perlu, dan melalaikan kasih terhadap yang miskin dan lemah.
Essensi dari perintah-perintah Allah adalah kasih – kasih terhadap Allah dan sesama yang dicipta seturut dengan gambar Allah. Allah adalah kasih (1 Yoh 4: 8) dan apa saja yang dilakukan-Nya mengalir dari kasih-Nya kepada kita. Cinta-Nya tanpa syarat dan sepenuhnya bertujuan untuk kebaikan orang lain. Kasih sejati merangkul sesama dan meringankan beban sesama. St Paulus telah mengingatkan kita bahwa “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rom 5: 5). Allah mengaruniakan kepada kita masing-masing rahmat yang cukup untuk mengasihi. Sudahkah karunia itu dibagikan kepada mereka yang membutuhkan? Apakah anda meringankan beban sesama atau justru membebani mereka?
Mari kita melayani, bukan membebani.