Sabda Hidup
Senin, 10 Agustus 2020, Pesta St. Laurensius
“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
(Yoh 12: 24).
Kutipan Injil ini menarik, tetapi sulit untuk diterima dan dihidupi. Yesus berbicara tentang perlunya mati bagi diri sendiri agar hidup menghasilkan buah berlimpah. Sekali lagi, mudah dikatakan, sulit untuk dilakukan.
Mengapa sulit untuk dihidupi? Apanya yang sulit? Yang sulit adalah mulai menerima bahwa mati bagi diri sendiri itu perlu dan baik. Maka mari kita lihat apa maknanya.
Kita mulai dengan analogi biji gandum. Biji gandum itu harus terlepas dari tangkainya dan jatuh di tanah. Ini merupakan gambaran yang bagus dari “detachment” – melepaskan. Satu butir gandum itu harus “melepaskan” segalanya. Gambaran ini mengatakan bahwa bila kita ingin Allah berkarya dalam diri kita, maka kita harus mau melepaskan kelekatan-kelekatan kita. Itu berarti kita harus sungguh-sungguh melepaskan kehendak kita, apa saja yang kita sukai, keinginan-keinginan kita dan bahkan segala yang kita harapkan. Itu sulit untuk dilakukan karena sulit juga untuk dimengerti. Sulit untuk memahami bahwa melepaskan segala yang kita inginkan dan dambakan itu baik dan sesungguhnya merupakan jalan bagi kita untuk bersiap diri bagi kehidupan yang lebih mulia, yang terjadi melalui rahmat perubahan. Mati bagi diri kita sendiri berarti lebih mempercayakan diri kepada Allah ketimbang kepada kelekatan-kelekatan kita dalam hidup. Itu berarti kita percaya bahwa rencana Allah jauh lebih baik dari segala rencana yang dapat kita buat.
Ketika biji gandum mati dan masuk ke dalam tanah, ia memenuhi tujuannya dan bertumbuh menjadi berlipat ganda. Ia diubah menjadi berlimpah-limpah.
Santo Laurensius, seorang diakon dari abad ketiga yang pestanya kita rayakan hari ini, menunjukkan kepada kita teladan yang sangat jelas bagaimana melepaskan segalanya, termasuk hidupnya sendiri, dan berkata “ya” kepada Allah. Ia melepaskan semua kekayaannya, dan ketika diperintahkan oleh walikota Roma untuk menyerahkan semua kekayaan Gereja, St Laurensius membawa kepadanya orang-orang miskin dan sakit seantero kota Roma. Walikota Roma dalam kemarahannya memerintahkan agar Laurensius dibunuh dengan dibakar. Konon dikisahkan ketika ia dengan gagah berani menghadapi hukuman, ia masih dapat berkata kepada walikota: “Hai, Tuan Wali kota yang mulia! Suruhlah serdadu-serdadumu ini membalikkan tubuhku ini, sebab yang sebelah bawah telah masak. Suruhlah balikkan agar yang sebelah lain masak juga!”
Apa yang Tuhan ingin agar anda lepaskan? Apa yang Ia inginkan agar anda serahkan kepada-Nya?
Bacaan Misa hari ini: 2Kor. 9:6-10; Mzm. 112:1-2,5-6,7-8,9; Yoh. 12:24-26.
Silahkan baca posting yang lain tentang St. Laurensius di sini.