Remah Harian

Marah

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sekitar jam 10 pagi, satu Ibu pergi ke Pasar Wamanggu, cari mobil pangkalan yang akan ke Asiki. Dia mau titip anaknya yang masih kelas 5 SD. Lalu dia berkata kepada sopir,” Sa titip sa pu anak eh,” sambil ia memberikan ongkosnya. Ibu itu sendiri tidak ikut karena masih ada urusan di Merauke. Setelah satu jam perjalanan, anak itu bertanya kepada penumpang di sampingnya, apakah sudah sampai di Ulilin. Penumpang itu menjawab, “Belum.” Seperempat jam kemudian, anak itu bertanya lagi, “Om, so sampai Ulilin kah?” Penumpang itu menjawab, “Belum. Masih jauh.” Seperempat jam kemudian, anak itu bertanya lagi: “So sampai di Ulilin kah?” Penumpang itu mulai marah dan mengatakan: “Ko ini sibuk sekali eh. Sa so bilang masih jauh!” Karena penumpang di sebelahnya marah, dan penumpang lain juga melotot mata mereka kepadanya, anak itu kemudian bertanya kepada sopir: “Om sopir, so sampai Ulilin kah?” Sopir juga marah: “Masih jauh. Ko duduk tenang saja!” Si anak ketakutan. Maka dia duduk diam saja dan kemudian tertidur.

Singkat cerita, mobil pun sampai di Asiki. Semua lupa sama si anak itu, sedangkan anak itu masih tertidur pulas. Sopir mengatakan kepada semua penumpang, kita lupa si anak itu. Apakah kita semua bersedia mengantarnya ke Ulilin. Semua mengatakan, okelah tidak apa-apa. Maka mobil kembali ke Ulilin dan satu jam kemudian, sampailah mereka di Ulilin, sementara anak itu masih tidur pulas. Sopir membangunkan anak itu: “Hei… so sampai Ulilin. Ko turun sudah!” Si anak terbangun dan berkata: “Oh, so sampai Ulilin,” sambil mengambil sesuatu dari tasnya. Sopir heran dan bertanya: “Loh, ko tidak turun di Ulilin?” Anak itu menjawab: “Tidak. Sa juga mo ke Asiki. Cuma tadi Mama bilang, kalau so sampai Ulilin, sa boleh makan sa pu bekal makan siang.”

Menahan amarah itu sangat sulit, apalagi ketika kita diinterupsi saat asyik dengan diri sendiri. Tetapi jika kita berpikir positif, kita akan mampu menahan emosi.

Akan tetapi ada kemarahan yang memang perlu. Seseorang yang marah dengan alasan yang benar, terhadap orang yang tepat, dengan cara yang benar, pada saat yang tepat dan untuk jangka waktu yang tepat, patut mendapat pujian. Seperti Yesus yang marah karena Bait Allah dilecehkan. “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun,” (Luk 19: 45 – 46).

Apakah kemarahan kita berkualitas?

Bacaan Misa hari ini: 1Mak. 4:36-37,52-59; Luk. 19:45-48

Author

Write A Comment