Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar atau memakai kata “malaikat”. Ada lagu yang syairnya mengatakan: “Malaikat juga tahu, aku yang jadi juaranya….” Atau dalam percakapan sehari-hari, dengan maksud melucu kita katakan: “Iya sih… dia memang seperti malaikat.. tapi malaikat pencabut nyawa…” Ketika seorang cowok berhasil membantu kekasihnya, maka kekasihnya pun memuji: “Makasih ya, kamu memang benar-benar malaikat pelindungku…” Atau ketika menyatakan cintanya, si cowok mengatakan: “You are my angel in my heart….” Sadar atau tidak sadar, pemamakaian ungkapan itu mengaburkan makna “malaikat”.
Kata malaikat disebut paling tidak 108 kali dalam Perjanjian Lama dan 165 kali di Perjanjian Baru. Namun, sebutan lain juga sering digunakan untuk menunjuk malaikat. Kata Ibrani untuk ‘malaikat’ adalah mal’akh sedangkan dalam bahasa Yunani adalah “angelos” dan artinya adalah “pembawa pesan”. Ini menunjuk suatu fungsi atau peran. Malaikat oleh karena itu digambarkan dalam Kitab Suci terutama sebagai utusan Tuhan.
Keyakinan akan adanya malaikat, tugas mereka sebagai utusan Tuhan dan interaksi manusia dengan mereka, membawa kita kembali ke zaman paling awal. Cherubim menahan Adam dan Hawa untuk kembali ke Taman Eden; Malaikat menyelamatkan Lot dan membantu menghancurkan kota-kota yang dihukum Tuhan; dalam Keluaran Musa mengikuti seorang malaikat, dan pada satu waktu malaikat diangkat sebagai pemimpin Israel. Mikhael disebutkan di beberapa bagian Kitab Suci, tokoh Rafael dikenal dalam cerita Tobit dan Gabriel menyampaikan Kabar Gembira akan kedatangan Kristus.
Hari ini kita rayakan Peringatan Wajib Para Malaikat Pelindung. Kitab Keluaran 23: 20 mengatakan: “Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan.” Kepercayaan akan Malaikat Pelndung mengacu pada keyakinan bahwa setiap jiwa memiliki malaikat yang siap untuk menggembalakan jiwa kita melalui kehidupan, dan membantu membawa mereka kepada Tuhan. Kehadiran Malaikat Pelindung juga merupakan bukti akan cinta dan pemeliharaan ilahi. Tuhan tidak membiarkan makhluk-Nya pada apa yang kita sebut “kebetulan”. Melalui penyelengaraan-Nya, Ia ada di mana-mana. Bahkan seekor burung pipit, atau sehelai rambut kepala kita pun tak akan dibiarkan jatuh tanpa kehendak-Nya. Tanpa kehadiran-Nya, segala-galanya akan kembali menjadi debu.
Di tengah jaman dengan berbagai macam arus yang akan membawa kita kepada “kenikmatan” duniawi kita ditantang untuk lebih memilih jalan yang yang ditunjukkan oleh Tuhan. Banyak arus yang bisa membelokkan jalan kita dari tempat yang Tuhan telah sediakan bagi kita. Bahkan tidak jarang kita juga melupakan serta mengabaikan peran dan bimbingan para malaikat pelindung. Kita lebih sering mengandalkan kekuatan diri sendiri, lebih memilih “arus” yang menyenangkan dan menghibur.
Semoga kita lebih memberi ruang bagi tuntunan Tuhan. Marilah menghormati Malaikat Pelindung kita, karena dialah sahabat yang diutus Tuhan untuk melindungi dan mendampingi perjalanan hidup kita di dunia ini.
Malaikat Allah, Engkau yang diserahi oleh kemurahan Tuhan untuk melindungi aku, terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarlah aku ke hidup yang kekal. Amin.
Bacaan misa hari ini: Kel. 23:20-23a; Mzm. 91:1-2,3-4,5-6,10-11; Mat. 18:1-5,10.