Sabda Hidup
Selasa, 29 September 2020
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
(Yoh 1: 51)
Meskipun kita ini adalah orang-orang Katolik, seringkali kita masih dipengaruhi oleh budaya lokal tempat kita berasal atau tempat kita tinggal. Antara lain, kita percaya akan adanya macam-macam hantu dengan pelbagai bentuknya yang ada di sekeliling kita, yang kita percaya merupakan bagian dari dunia yang tak kelihatan.
Jika kita percaya akan adanya roh-roh jahat itu, maka seharusnya kita percaya akan adanya malaikat. Dalam Syahadat panjang yang juga disebut Syahadat Nicea-Konstantinopel kita berkata:
“Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan….”
Kita, manusia, dengan tubuh kita, termasuk dalam dunia yang kelihatan. Yang tak kelihatan, adalah makhluk lain, murni roh, dan karena itu tidak termasuk dalam dunia yang kelihatan meskipun ada dan bekerja di dalamnya. Katekismus mengajarkan bahwa para malaikat termasuk dalam lingkungan seperti itu.
Katekismus Gereka Katolik berkata:
“Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan ‘Seorang malaikat mendampingi setiap orang beriman sebagai pelindung dan gembala, supaya menghantarnya kepada kehidupan’ (Basilius, Eun. 3, 1). Sejak di dunia ini, dalam iman, kehidupan Kristen mengambil bagian di dalam kebahagiaan persekutuan para malaikat dan manusia yang bersatu dalam Allah.”
(KGK. 336).
Kata “malaikat” sendiri berasal dari kata “malakh” dan dalam Bahasa Yunani “angelos”, yang berarti “pembawa pesan”. Ini menunjuk suatu fungsi atau peran. Malaikat oleh karena itu digambarkan dalam Kitab Suci terutama sebagai utusan Tuhan. Dalam Perjanjian lama Tuhan itu digambarkan sebagai yang transenden, sehingga orang-orang takut kepada-Nya dan tak seorangpun yang bisa melihat Dia dan hidup. Ialah Raja alam semesta, Dia memiliki malaikat-malaikat-Nya untuk melayani Dia dan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Oleh sebab itu perlu perantara yang menjadi jembatan antara manusia dengan Tuhan. Ini menjelaskan penampakan dan penampilan malaikat yang tak terhitung jumlahnya dalam Perjanjian Lama dan pada awal Gereja. Peran perantaraan para malaikat ini ditangkap dalam Injil hari ini ketika Yesus berkata kepada Natanael, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh 1: 51).
Mikhael dalam bahasa Ibrani “mi-ke-el” berarti “Siapa yang seperti Allah?” atau “Siapa yang menyamai Allah?” Santo Mikhael sudah digambarkan sejak zaman permulaan agama Kristen sebagai panglima bala tentara surgawi, dengan tangan kanan menggenggam sebatang tombak yang ia gunakan untuk menyerang Lusifer/Setan, dan tangan kiri menggenggam sepelepah daun palem. Pada pangkal mata tombaknya terikat sehelai panji-panji dari kain lenan bergambar salib merah. Malaikat Agung Mikhael secara khusus dianggap sebagai Penjaga Iman dan pejuang melawan bidah. Secara tradisional Mikhael menjadi pelindung para pedagang, pelaut, polisi, ahli radiologi dan orang sakit.
Kata Gabriel berasal dari kata dasaar Ibrani “geber” yang berarti “manusia”. “El” adalah singkatan dari kata “Elohim” yang berarti “Allah”. Jadi Gabriel berarti “manusia dari Allah”. Tetapi kata dasar yang sama juga membentuk kata “gibbor” yang berarti “perkasa”. Dengan demikian Gabriel juga berarti “Allah kekuatanku” atau “Keperkasaan Allah.” Ia adalah pewarta misteri-misteri Allah, teristimewa Inkarnasi Allah dan seluruh misteri lain yang terkait dengannya. Ia digambarkan sebagai sebagai berikut: Tangan kanannya menggenggam sebuah lentera dengan sebatang lilin bernyala di dalamnya, dan tangan kirinya menggenggam sebuah cermin dari jasper hijau. Cermin melambangkan hikmat Allah sebagai sebuah misteri yang tersembunyi. Gabriel menjadi pelindung para utusan, pegawai pos, para pewarta radio dan televisi.
Kata “Rafael” berasal dari kata kerja Ibrani “rāphà“, yang berarti: “menyembuhkan.” Digabung dengan kata “El” yang berarti “Allah”, maka Rafael berarti “Allah yang menyembuhkan” atau “Allah menyembuhkan” (Tobit3:17, Tobit12:15). Rafael digambarkan sedang menuntun Tobia (yang sedang menjinjing seekor ikan yang ia tangkap di Sungai Tigris) dengan tangan kanannya, dan membawa sebuah cawan obat yang terbuat dari alabaster dengan tangan kirinya. Rafael adalah pelindung orang buta, perawat, dokter dan pelancong.
Meskipun Allah tak kelihatan, namun melalui ketiga Maliakat Agung ini Ia menyatakan Kuasa dan kehadiran-Nya.
Sungguh, siapakah yang dapat seperti Allah, yang mengasihi kita hingga memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang mengampuni dan menyembuhkan kita? Kita hanya mampu bersyukur kepada-Nya. Seperti Mikael melawan kuasa jahat, Gabriel mewartakan kabar baik keselamatan, dan Rafael membawa kesembuhan, kita pun dipanggil untuk melawan kejahatan dalam segala bentuknya, mewartakan kabar baik dan membawa penyembuhan di manapun kita berada.
Jadilah malaikat-malaikat bagi sesama!
Bacaan Misa hari ini: Dan. 7:9-10,13-14 atau Why. 12:7-12a; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,4-5; Yoh. 1:47-51.