Sabda Hidup
Senin 8 Februari 2021, Senin Pekan Biasa 5
“Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.”
(Mrk 6: 55 – 56).
Kutipan pendek Injil hari ini menggambarkan reaksi orang banyak di manapun Yesus datang. Mereka mengusung orang sakit di manapun Ia berada. Kemanapun Ia pergi orang meletakkan orang-orang sakit agar mereka boleh menjamah-Nya, walau hanya jumbai jubah-Nya, agar mereka disembuhkan. Saya tertarik untuk mengajak anda merenungkan dua hal:
- Sentuhan. Injil sering menggambarkan Yesus yang mengulurkan tangan dan menyentuh orang-orang sakit dan orang-orang berdosa. Tetapi pada Injil hari ini dikisahkan bahwa orang banyaklah yang berusaha untuk menjamah-Nya, bahkan hanya menjamah jumbai jubah-Nya, dengan harapan akan sembuh. Mungkin, itu adalah gema dari mukjizat yang terjadi terhadap seorang wanita yang disembuhkan dari pendarahan menahun yang dideritanya hanya dengan menjamah jubah-Nya (Mrk 5: 25 – 29). Dan semua orang yang menjamah jubah-Nya menjadi sembuh (Mrk 6: 56). Dengan sentuhan, Yesus ingin agar orang-orang yang sakit, yang menderita mengetahui bahwa mereka tidak dilupakan dan dikasihi oleh Tuhan. Bahwa mereka tidak sendiri.
Sentuhan adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling kuat. Ada saat-saat dalam hidup ketika kata-kata menjadi hambar, tak mampu mengungkapkan makna, tetapi sentuhan berbicara banyak. Seorang bayi yang dipeluk di lengan ibunya, tangan yang mengusap kening seorang sakit, tepukan di bahu seorang sahabat yang menyapa dan menguatkan, dst.
Tuhan memanggil kita untuk tidak sekedar prihatin, tetapi mengulurkan tangan, menyentuh, menjamah mereka yang menderita. Untuk menguatkan mereka yang putus asa, untuk mengingatkan mereka yang menderita bahwa mereka tidak sendirian, bahwa Tuhan mengasihi mereka.
- Pasar. Orang meletakkan orang-orang sakit itu di pasar (Mrk 6: 56). Pasar adalah tempat yang ramai, sibuk, sering kali kotor, penuh dengan orang, tak jarang basah dan berlumpur. Itulah gambaran inkarnasi Yesus yang sepenuhnya – berada dalam kemanusiaan tidak hanya dalam kemuliaan, tetapi juga dalam kekotoran dan kecemaran. Itulah arti cinta Tuhan: merendahkan diri, mengosongkan diri. This is LOVE incarnate. Dalam kata-kata Paulus: “Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib,” (Filipi 2: 6 – 7)
Marilah bersyukur kepada-Nya atas cinta-Nya kepada kita. Dan semoga melalui kehadiran kita banyak orang diingatkan bahwa Tuhan mengasihi mereka.
Bacaan hari ini: Kej. 1:1-19; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,35c; Mrk. 6:53-56.
Lagu Stuart Townend dengan judul Love Incarnate berikut ini membantu kita untuk merenungkan kasih-Nya yang menjelma dalam kehidupan kita.