Ibu Teresa dari Calcutta pernah menceritakan kisah ini:
Beberapa minggu yang lalu, dua orang muda datang ke rumah kami dan memberikan uang yang jumlahnya cukup besar untuk memberi makan bagi orang-orang miskin. Di Calcutta, kami memasak untuk 9.000 orang setiap hari. Kedua orang muda itu ingin agar uang mereka digunakan untuk memberi makan orang-orang yang lapar. Saya kemudian bertanya: “Dari mana kamu mendapatkan uang begitu banyak?”
Mereka menjawab: “Dua hari yang lalu, kami menikah. Sebelum pernikahan kami, kami memutuskan bahwa kami tidak akan membelanjakan uang sedikitpun untuk pakaian pernikahan, atau untuk pesta. Kami ingin agar uang yang sedianya untuk hal-hal tersebut, diberikan kepada orang-orang miskin.”
Untuk orang-orang Hindu dengan kasta tinggi, berbuat seperti itu adalah skandal. Bagi teman-teman dan keluarga mereka tak masuk akal bila pasangan dari keluarga terpandang menikah tanpa pakaian dan pesta pernikahan yang pantas.
Jadi Ibu Teresa bertanya kepada mereka: “Mengapa kamu berdua memberikan semua uang itu kepada kami?” Dan mereka menjawab: “Kami sungguh-sungguh saling mencintai sehingga ingin membuat suatu pengorbanan yang sangat khusus saat kami memulai hidup berkeluarga kami.”
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku,” sabda Yesus hari ini (Luk 14: 26).
Yesus menghadapkan kepada kita tuntutan untuk mengikuti-Nya, tuntutan kemuridan. Kemuridan menuntut komitmen yang bebas dan total. Kita harus tahu apa yang kita hadapi. Sumber kepercayaan apa atau zona nyaman apa yang harus kita tinggalkan untuk dapat mengikuti Yesus secara total? Semoga – seperti pasangan tadi – kita bisa juga melepaskan – melepaskan karena cinta dan demi cinta.
Bacaan misa hari ini: Rm. 13:8-10; Mzm. 112:1-2,4-5,9; Luk. 14:25-33