Sabda Hidup
Sabtu, 21 Agustus 2021, Peringatan Wajib St. Pius X
Orang tidak suka disebut munafik. Ketika anda memegang suatu posisi kepemimpinan, orang ingin tahu apakah anda tidak hanya ngomong doank sampai berbusa-busa. Mereka ingin diyakinkan bahwa apa yang anda katakan, anda jalani.
Memang, tidak seorangpun tanpa cacat. Akan tetapi, sebagai orang tua misalnya, kita mempunyai kesempatan bertahun-tahun membentuk kharakter anak-anak dengan melakukan apa yang kita katakan. Misalnya, ketika kita meminta anak-anak merapikan kamar mereka, pastikan bahwa kamar kita sendiri tidak berantakan. Tidak bisa anda mengatakan kepada anak-anak agar rajin ke gereja tetapi diri sendiri lebih mementingkan mancing mania. Kita tidak bisa mengajar supaya anak berdoa sebelum makan tetapi diri sendiri setiap kali sebelum makan hanya membuat tanda salib asal-asalan.
Sebagai pemimpin, keteladanan akan lebih banyak berbicara ketimbang kata-kata. Akan lebih efektif mengatakan, “Lakukan apa yang saya kerjakan!” ketimbang “Kerjakan apa yang saya katakan!”
Dalam Injil hari ini Yesus mengecam para ahli Taurat dan Farisi karena mereka gagal menghidupi apa yang mereka ajarkan. Mereka kelihatannya saja orang-orang saleh dan taat beragama, tetapi motifnya adalah keinginan menjadi pusat perhatian dan mencari penghormatan. Doa-doa mereka yang panjang-panjang adalah tontonan belaka karena mereka melalaikan yang utama dalam iman, yakni belas kasih dan keadilan.
Kecaman Yesus mungkin berlaku juga untuk kita – dalam kadar tertentu kita juga munafik ketika apa yang kita katakan tidak “match” dengan perbuatan. Kita bisa saja memamerkan praktek-praktek kesalehan untuk menutupi kekurangan kita. Kita ditantang untuk menjadi saksi iman yang baik. Jika kita ingin sungguh-sungguh hidup sebagai pengikut Kristus, maka kita harus menjadi orang-orang beriman yang “original” bukan “KW”.
Bacaan hari ini: Rut. 2:1-3,8-11;4:13-17; Mzm. 128:1-2,3,4,5; Mat. 23:1-12;