Sabda Hidup
Kamis, 10 Maret 2022, Kamis Pekan Prapaskah I
Bacaan: Est. 4:10a,10c-12,17-19; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8; Mat. 7:7-12.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”
(Mat 7: 7-8)
Seorang agnostik, sedang berada di sebuah kapal yang menyeberangi Laut Atlantik ketika ia mendengar pengumuman bahwa akan diadakan ibadah sebentar lagi. Ia melihat banyak penumpang yang datang hendak mengikuti ibadah. Sebagai seorang agnostik, ia tidak peduli apakah Tuhan itu ada atau tidak, tetapi ia memutuskan untuk datang mengikuti ibadah itu, sekadar ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh pengkotbah.
Sambil berjalan menuju tempat ibadah, ia membawa dua buah jeruk dalam sakunya. Ia berjalan melewati seorang nenek yang sedang duduk di kursi dek dan jatuh tertidur. Tangannya terbuka. Sekadar iseng, ia menaruh dua buah jeruk yang dibawanya ke tangan nenek itu.
Sesudah ibadah, ia melihat nenek itu dengan begitu bahagia menikmati jeruk yang ia taruh di tangannya. “Nenek nampaknya amat menikmati jeruk itu,” katanya sambil tersenyum. “Iya, benar,” jawab Nenek itu. “Bapaku amat baik kepadaku,” sambungnya. “Bapamu Nek? Saya pikir Bapa anda pasti sudah meninggal,” kata si agnostik itu. “Puji Tuhan,” jawab Nenek itu, “Ia hidup!” “Maksud Nenek?” si agnostik itu mendesak. Nenek itu menjelaskan, “Begini Tuan, sudah beberapa hari saya mabuk perjalanan di kapal ini. Saya berdoa kepada Tuhan, memohon sebuah jeruk, entah bagaimana caranya. Saya jatuh tertidur ketika saya berdoa. Dan ketika saya bangun, ternyata Tuhan tidak hanya memberi saya sebuah jeruk, tetapi dua buah!”
Si agnostik itu tak mampu berbicara. Belakangan ia bertobat dan mengimani Kristus. Ya! Berdoalah kepada Tuhan, pasti tak akan dikecewakan!
Injil hari ini diambil dari Kotbah di Bukit, di mana Yesus menjabarkan syarat bagi doa-doa yang efektif dan manjur.
Syarat yang pertama adalah iman yang penuh akan kebaikan dan janji Bapa yang Mahakasih. Bapa Yang Mahakasih pasti tahu apa yang akan diberikan, kapan dan bagaimana memberi, apapun yang kita minta. Ia mengetahui masa lampau, masa kini dan masa depan kita, maka Ia tahu apa yang terbaik bagi kita kapan saja. Ia tak akan pernah memberikan sesuatu yang buruk kepada kita. Bahkan, jika kita mengalami hal-hal yang buruk pun, itu diperkenankan-Nya dengan maksud tertentu – Ia berkarya melalui pengalaman-pengalaman itu untuk yang terbaik bagi kita.
Syarat yang kedua adalah tekun dalam berdoa. Ia pernah mengatakan agar kita berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kesabaran dan ketekunan mencerminkan ketergantungan dan kepercayaan kita pada-Nya. Janganlah jemu-jemu memohon, mencari dan mengetok.
Maka, hendaklah kita tidak mudah mencari-cari alasan untuk tidak berdoa, seperti terlalu sibuk, atau beranggapan bahwa doa tidak ada faedahnya selain memotivasi kita menjadi seorang yang lebih baik, atau menganggap doa itu membosankan.
Doa adalah percakapan dengan Allah. Tentu percakapan terjadi timbal balik, ada yang berbicara, ada yang mendengarkan. Selain berbicara kepada-Nya baik secara pribadi maupun bersama, kita juga perlu mendengarkan-Nya, mendengarkan Sabda-Nya dalam Kitab Suci.
Dan akhirnya, kita tidak dapat memiliki hubungan yang erat dengan seseorang tanpa komunikasi yang akrab dan tetap. Maka kita perlu berdoa dengan tekun dan tetap.