Sabda Hidup
Rabu, 15 Juli 2020, Peringatan St. Bonaventura
“Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.”
(Mat 11: 25).
Yesus bersyukur kepada Bapa karena Dia telah menyembunyikan “semuanya” kepada mereka yang bijak dan pandai, tetapi menyatakannya kepada orang kecil. Siapa yang bijak dan pandai? Rupanya Yesus mengacu kepada para Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang menutup hati mereka terhadap warta Kerajaan Allah.
Apakah “semuanya” yang tersembunyi itu? Hal-hal apa yang disembunyikan kepada orang bijak dan pandai itu? Ternyata wahyu yang tersembunyi itu adalah Yesus sendiri. Siapa mengenal Yesus mengenal Bapa. Yesus sendiri mengatakan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa,” (Yoh 14:9).
Sekali peristiwa, seorang profesor datang kepada seorang pertapa dan memohon, “Guru, tolong ajari saya jalan kehidupan. Sang pertapa tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi mengambil sebuah cangkir penuh dengan air dan mulai menuangkan lebih banyak air lagi ke dalamnya. Karena cangkir itu sudah penuh, airnya meluap, tetapi pertapa itu tidak berhenti menuang air ke dalamnya. Melihat hal itu Profesor itu berkata, “Guru, mengapa Guru membuang-buang air? Cangkir itu sudah penuh. Kemudian pertapa itu berhenti dan berkata, “Saya tidak bisa mengajari anda, anda sudah menjadi cangkir yang sudah penuh. Kosongkan dirimu dan kembali ke sini, baru kemudian saya bisa mengajari anda. ”
Kita perlu mengosongkan diri kita untuk menerima wahyu Tuhan. Perlu kerendahan hati dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Bapa, untuk semakin mengenal Yesus. Bersahaja dan menggantungkan diri pada-Nya. Sering kali kita haris belajar dari anak kecil. Anak-anak tidak complicated dan penuh tipu. Bersembunyi di balik topeng dan mengembangkan tipu daya adalah kecenderungan yang kita pelajari seiring dengan jalannya waktu. Sedikit demi sedikit kita mulai menghitung-hitung, menggunakan pelbagai alasan, membatasi kemurahan hati kita, dan menyimpang dari kesederhanaan yang telah ditunjukkan oleh Tuhan. Kita harus berusaha untuk menjadi tulus di hadapan Tuhan, diri kita sendiri dan sesama, serta berusaha menyenangkan Dia di atas segalanya.
Mata melirik…
Pikiran melayang…
Hatimu sirik…
Berkatmu hilang…
Kapal berlabuh…
Membuang sauh…
Sikapmu angkuh…
Temanmu menjauh…
Semoga kita semakin rendah hati.
Bacaan Misa hari ini: Yes. 10:5-7,13-16; Mat. 11:25-27.