Sabda Hidup
Rabu, 24 November 20201 Rabu Pekan Biasa XXXIV, Peringatan St. Andreas Dunc Lac
Bacaan: Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28; MT Dan. 3:62-67; Luk. 21:12-19;
“Kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.”
(Luk 21: 12)
Hidup Kristiani adalah hidup kemartiran. Kekristenan adalah agama salib. Yesus dengan rela mencurahkan darah-Nya untuk kita dan Dia memanggil kita untuk menjadi martir juga.
Kata μάρτυς (martir) dalam bahasa Yunani berarti ‘saksi.’ Apa kata para Bapa Gereja tentang kemartiran? Tertullianus berkata: “Darah para martir adalah benih.” Siprianus juga mengatakan: “Ketika penganiayaan terjadi, tentara Allah diuji, dan surga terbuka bagi para martir. Kita tidak termasuk dalam bala tentara yang memikirkan perdamaian dan untuk mundur dari pertempuran, karena kita menyaksikan bahwa Tuhan telah mengambil tempat pertama dalam peperangan tersebut.” Agustinus menulis: “Para martir dibelenggu, dipenjara, dicambuk, dibakar, disiksa, dan dibantai namun mereka malah berlipat ganda”.
Tuhan mungkin memanggil beberapa dari kita untuk menjadi martir seperti St. Andreas Dunc Lac, bersama para martir Vietnam yang kita peringati hari ini. Tetapi sebagian besar dari kita menjadi martir tanpa menumpahkan darah, yang memberikan kesaksian akan sukacita Injil di tengah tantangan, kontradiksi, godaan dan kesulitan sehari-hari karena cara kita mengikuti Tuhan. Kita menjadi martir dengan menjadi saksi sukacita, kebenaran dan kebebasan Injil; dengan kesaksian nyata. Apa yang menarik dari sukacita Injil? Mereka tertarik pada Injil saat mereka melihat kita mengasihi musuh, tetap gembira dalam penderitaan, sabar dalam kesusahan, mengampuni mereka yang melukai kita dan berbelas kasih kepada mereka yang tidak berdaya dan tanpa harapan.
St. Andreas Dunc Lac, adalah salah satu dari para Martir Vietnam (Martir Tonkin, Martir Annam, Andrew Dung-Lac dan rekan-rekan, Martir Indochina ) yang berjumlah 117 orang, yang dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 19 Juni 1988.
Iman Katolik di Vietnam pertama kali dibawa oleh para Misionaris dari Portugal pada abad keenam belas. Selanjutnya para Misionaris Jesuit membuka rumah misi pertama di kota Da Nang pada tahun 1615. Mereka berkarya bersama umat Katolik Jepang yang telah diusir dari Jepang.
Pada masa pemerintahan Kaisar Minh-Mang (1820-1840) semua karya misionaris asing di vietnam dinyatakan terlarang. Raja sendiri mencoba untuk membuat orang-orang Kristen Vietnam menyerahkan iman mereka dengan menginjak-injak salib. Ketika mereka tetap bertahan dengan iman mereka; mereka mulai mengalami penganiayaan dan banyak yang tewas menjadi martir.
Para martir yang kita peringati hari ini berjumlah 117 martir yang terdiri terdiri dari 96 orang Vietnam, 11 orang Spanyol serta 10 orang Perancis. Delapan orang di antara mereka adalah Uskup, 50 orang adalah Imam dan 59 orang lainnya adalah umat Katolik awam. Sebagian dari antara para imam tersebut adalah imam Dominikan, sedangkan yang lainnya adalah imam Praja dan Imam Serikat Misi Paris (Mission Etrangères de Paris/MEP).
Penyiksaan yang dialami para Martir ini dianggap sebagai yang terburuk dalam sejarah Kemartiran Gereja Kristen. Para penyiksa diketahui memutilasi setiap sambungan sendi ditubuh mereka, mengoyak daging dengan besi membara, dan menggunakan obat-obatan untuk memperbudak pikiran para korban. Orang-orang Kristen Vietnam pada saat itu diberi cap dengan besi membara di wajahnya dengan tulisan “tả đạo” yang berarti : “Agama Jahat”. Setiap desa tempat dimana terdapat keluarga Kristen akan dilenyapkan.
Para martir Vietnam telah menderita untuk mempertahankan harta terbesar yang mereka miliki: Iman Katolik.
Kitapun dipanggil untuk bersaksi. Sakramen Baptis yang telah kita terima telah menjadikan kita saksi-saksi Kristus. Itu tidak selalu merupakan jalan yang mudah, khususnya di saat-saat yang menuntut perubahan. Kesulitan-kesulitan tidak jarang justru datang dari mereka yang terdekat dengan kita. Akan tetapi kepada kita ada jaminan bahwa Kristus bersama kita dan melalui Roh Kudus Ia mengaruniakan kebijaksanaan untuk dikatakan dan dilakukan. Maka, janganlah takut bersaksi.