Remah Harian

KESELAMATAN BUKAN UPAH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Rabu, 18 Agustus 2021, Rabu Pekan Biasa XX

“Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”

(Matius 20: 13 – 16)

Di sekolah, ada murid teladan, tetapi ada juga murid “telatan”. Yang masuk kategori teladan tentu mempunyai pelbagai macam prestasi. Yang masuk kategori telatan, tentu juara dalam datang terlambat. Dalam dunia kerja, ada karyawan teladan dan ada juga karyawan telatan. Pun dalam hidup beriman, ada orang beriman teladan dan ada juga orang beriman telatan. Orang beriman teladan tentu mempunyai banyak keutamaan. Orang beriman telatan bukan cuma telat datang misa atau doa lingkungan atau latihan koor, tetapi telat dalam beriman. Sudah mendekati pintu ajal baru bertobat. Tetapi apakah keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan berbeda antara yang teladan dan yang telatan?

Bacaan Injil hari ini dapat memberi gambaran. Perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur berbicara tentang kemurahan hati dan belas-kasih Allah yang luar biasa (Mt 20: 1 -16). Pada masa Yesus, para pekerja harus menunggu setiap hari di pasar atau plaza kota hingga seseorang memberi mereka pekerjaan. Jika tidak ada orang yang memberi mereka pekerjaan, berarti tidak ada makanan bagi keluarga. Para pekerja yang sudah bekerja sepanjang hari mengeluh sebab upah yang mereka terima sama dengan mereka yang datang bekerja sesudah lewat tengah hari. Namun, tuan yang empunya kebun anggur mempekerjakan mereka karena kemurahan hatinya, agar mereka dan keluarga mereka tidak kelaparan.

Jadi, perumpamaan dalam Injil hari ini bukan tentang keadilan. Itu tidak berbicara tentang ketidakadilan sosial. Perumpamaan ini berbicara tentang kemurahan hati Allah. Para pekerja di kebun anggur itu menerima upah dari pemilik kebun anggur bukan karena mereka harus dibayar untuk pekerjaan yang mereka lakukan tetapi karena tuan kebun anggur itu ingin memberi.

Sama halnya dengan keselamatan. Keselamatan bukanlah “upah” Tuhan bagi kita karena tidak melanggar Sepuluh Perintah. Surga bukan karena jasa kita telah ikut Misa setiap Minggu, atau berdoa rosario setiap hari, atau tidak melakukan perzinahan atau tidak mencuri, tidak membunuh. Bukan karena semua ini bahwa Tuhan harus memberi kita keselamatan. Keselamatan bukanlah upah, tetapi anugerah Tuhan bagi kita. Kita akan dapat memasuki kerajaan Allah bukan karena kita layak tetapi karena Ia murah hati. Kita akan dapat memasuki kerajaan Allah bukan karena kita diberi ganjaran untuk apa yang baik tetapi karena Tuhan itu baik. Allah yang Mahamurah membuka pintu kerajaan-Nya bagi siapa saja.

Lalu apakah kita kemudian bisa bilang, “Kalau begitu santai aja dunk…. sekarang nikmati hidup dulu… berbuat sesuka kita dulu…bertobatnya nanti aja…”? Tentu tidak! Sebab Tuhan juga bersabda: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu,” (Mat 25: 21). Dan St. Paulus juga berkata: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia,” (Kol 3: 23 – 24).

Bacaan hari ini: Hak. 9:6-15; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mat. 20:1-16a.

Author

Write A Comment