Sabda Hidup
Rabu, 14 September 2022, Pesta Salib Suci
Bacaan: Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
(Yoh 3: 16)
Di zaman Kekaisaran Romawi, tak seorangpun menganggap penyaliban sebagai suatu kemuliaan dan kemenangan. Mungkin itu akan memberi kepuasan bagi mereka yang menyalibkan, namun tidak akan pernah menjadi kemenangan bagi yang disalibkan. Tetapi justru kemenangan salib itulah yang kita rayakan hari ini. Yesus telah disalibkan, dan Ia telah menang. Itulah kemenangan cinta atas kebencian. Seperti dikatakan dalam Injil Yohanes: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal,” (Yoh 3: 16). Yesus adalah pernyataan cinta Allah dalam segala yang dilakukan-Nya, tetapi cinta Allah itu dinyatakan sepenuh-penuhnya dengan salib. St Yohanes hendak mengatakan bahwa di atas kayu salib Yesus menyatakan kemuliaan Allah. Itulah sebabnya Yesus berbicara tentang penyaliban-Nya sebagai saat Ia dimuliakan. “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,” (Yoh 3: 14).
Cinta sejati memberi kehidupan. Sama seperti kemenangan cinta atas kebencian, kemenangan salib Yesus adalah kemenangan atas kematian. Yesus telah dibunuh dengan cara yang paling keji, tetapi dengan kematian-Nya ia beralih ke kehidupan yang baru dan hidup itulah yang diberikan kepada kita. Darah dan air mengalir dari lambung-Nya mengatakan kepada kita bahwa hidup mengalir dari kematian-Nya. Salib, pohon kehidupan. Kemenangan salib, yang adalah kemenangan Allah dan Yesus atas segala kuasa kejahatan, adalah kemenangan kita. Dari salib-Nya Ia menarik kita masuk dalam cinta dan hidup Allah. “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku,” (Yoh 12: 32). Kita hanya perlu membiarkan diri ditarik oleh-Nya.
Sejarah Pesta Salib Suci
Pesta Salib Suci yang dalam kalender liturgi Gereja Katolik disebut “In Exaltatione Sanctae Crusis” dirayakan tiap tahun pada 14 September untuk mengenang Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan untuk kita. Gereja merayakannya sambil juga mengenang St. Helena yang menurut tradisi Gereja, telah turut berjasa menemukan kembali salib suci Kristus di Yerusalem. Sehubungan dengan ini, ada juga fakta sejarah yang perlu kita ketahui, agar semakin memantapkan iman kita.
Pemberontakan bangsa Yahudi di abad awal mendorong Hadrian, Kaisar Romawi yang berkuasa saat itu (117-138), untuk menghapus nama Yudea, dan menamakan daerah itu menjadi Syria Palestina. Hadrian juga mengubah nama ibukota Yerusalem menjadi Aelia Capitolina dan melarang orang Yahudi masuk ke sana. Saat itu Yerusalem, termasuk bait Allah, memang menjadi reruntuhan akibat revolusi di tahun 70. Kaisar Hadrian meluluh-lantakkan apa yang masih tersisa di sana untuk menghabisi agama Yahudi. Hal serupa dilakukannya untuk menumpas pengaruh agama Kristiani. Ia meratakan bukit Kalvari dan membangun sebuah kuil dewa Yupiter di atasnya. Ia juga meratakan bukit di mana kubur Yesus terletak, dan membangun kuil bagi dewi Venus di atasnya. Ironisnya, bangunan-bangunan tersebut malah kemudian menjadi tanda dan bukti sejarah akan keberadaan tempat-tempat suci, di mana Tuhan Yesus sungguh telah disalibkan, dikuburkan dan bangkit dari mati.
Setahun setelah Kaisar Konstantin naik tahta di tahun 312, ia melegalkan agama Kristiani di wilayah kekuasaan Romawi. Pada waktu itu, ibunya, St. Helena, juga menjadi Kristen. Dengan kuasa dari puteranya, di tahun 324 St. Helena pergi ke Palestina untuk menemukan tempat-tempat kudus sehubungan dengan Kristus dan mengabadikannya dengan membangun gereja di tempat- tempat itu. Demikianlah, ia membangun gereja Nativity di Betlehem, dan gereja Ascencion di bukit tempat Yesus naik ke Surga. Dua tahun berikutnya, kuil Yupiter dan kuil Venus dirobohkan. Para pekerja menggali lokasi tersebut dan menemukan kubur Yesus. Mereka lalu membangun gereja di atasnya yang terus dilestarikan di sepanjang sejarah, dan yang sekarang kita kenal dengan nama the Church of the Holy Sepulchre di Yerusalem.
Dengan dibongkarnya kuil tersebut, tersingkaplah lokasi penyaliban Tuhan Yesus di Kalvari/ Golgota. Di sebelah timur lokasi itu, di dalam sebuah sumur batu, ditemukan tiga buah salib dan plakat kayu yang bertuliskan INRI (Iesus Nazaranus Rex Iudaeorum). Menurut tulisan para Bapa Gereja, ketiga salib dan plakat itu kemudian dikeluarkan dari sumur. Seorang wanita yang sakit parah dan dalam sakrat maut dibawa ke sana. Wanita itu menyentuh ketiga salib itu satu persatu. Setelah menyentuh salib yang ketiga, ia sembuh seketika, dan dengan demikian orang-orang mengetahui salib yang mana di antara ketiga salib itu, yang adalah salib Kristus.
Apa gunanya kita mengetahui kisah ini? Pertama, kita dapat mengetahui lokasi otentik bukit Golgota dan kubur Yesus, sebab dewasa ini di Yerusalem ada lokasi lain yang diprediksikan oleh sejumlah orang di abad ke-19, sebagai lokasi Golgota dan kubur Yesus. Namun biar bagaimanapun, prediksi baru tersebut tetaplah tidak cukup didukung oleh fakta historis. Kedua, ditemukannya lokasi penyaliban Kristus dan kayu salib-Nya membuat kita semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh pernah mengambil rupa manusia dan telah disalibkan untuk kita. Ketiga, perayaan Salib Suci mengingatkan kita akan begitu besarnya makna Salib itu bagi kita umat-Nya. Salib itu disebut suci, karena Kristus Tuhan kita, pernah tergantung di sana saat menyerahkan nyawa-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Justru karena Kristus pernah disalibkan untuk kita, maka salib tidak lagi menjadi tanda keaiban, tapi sebaliknya menjadi tanda keajaiban kasih Allah yang menyelamatkan. Karena itu, salib bukanlah tanda kelemahan Allah, namun sebaliknya, kekuatan-Nya. Sebab hanya kekuatan Allah-lah yang menjadikan Kristus tetap mengasihi dan mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Dan hanya dengan kekuatan Allah, Kristus dapat merendahkan diri dan mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa demi menyelamatkan kita.
Kini dengan memandang kepada salib Kristus itulah kita pun dikuatkan untuk terus mengasihi dan mengampuni sesama; dan juga untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, sebab itulah jalan yang dipilih Allah untuk menghantar kita kepada keselamatan kekal. Di pesta perayaan Salib suci ini, mari kita mendaraskan doa sederhana yang disusun oleh St. Fransiskus dari Asisi, “Kami menyembah Engkau, ya Kristus dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia…..”
Ya, Tuhan bantulah aku untuk semakin menghayati dalamnya makna Tanda Salib itu!