Sabda Hidup
Kamis, 28 Oktober 2021, Pesta St. Simon dan Yudas Rasul
Bacaan: Ef. 2:19-22; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 6:12-19.
Yudas, demikian ia disebut dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Matius dan Markus menyebutnya Thaddeus. Ia tidak disebut di tempat lain dalam Injil, kecuali bila disebut bersama-sama dengan para rasul yang lain. Para ahli Kitab Suci mengatakan bahwa ia bukanlah pengarang surat Yudas. Namanya sama dengan Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus.
Simon disebut dalam empat daftar para rasul. Dari keempat daftar itu 2 di antaranya menyebutnya “Zelot”. Kaum Zelot adalah sebuah sekte Yahudi yang mempunyai kharakter ultra nasionalis. Bagi mereka janji mesianis berarti bahwa bangsa Yahudi akan dibebaskan sebagai suatu negara yang bebas dan merdeka. Allah sendirilah yang akan menjadi raja dan segala macam atau bentuk pajak terhadap penjajah Roma adalah suatu bentuk penghujatan terhadap Allah. Dikatakan bahwa sebagian dari kaum Zelot ini adalah keturunan para Makabe yang mempunyai cita-cita tersendiri tentang agama dan kemerdekaan. Dalam perjuangan mereka tidak segan-segan membunuh, baik orang asing maupun antek-antek penjajah. Mereka dianggap bertanggungjawab atas pemberontakan melawan Roma yang berujung pada hancurnya Yerusalem tahun 70 Masehi.
Kelompok para Rasul memang sebuah kelompok yang paling aneh. Ada seorang ultranasionalis seperti Simon yang kita rayakan hari ini, tapi bisa bersama-sama dengan Lewi (Matius) yang adalah seorang pemungut cukai yang dianggap antek-antek Roma, ada seorang nelayan yang impulsif reaktif dan sering meledak-ledak, yang kalau ambil tindakan sering tidak dipikir dulu seperti Petrus, tapi ada juga seorang yang reflektif seperti Yohanes, pemikir seperti Thomas. Yohanes sendiri bersama saudaranya disebut juga putera-putera “Guntur”. Ada juga yang nampaknya diam-diam saja, kurang menonjol seperti Thadeus. Dan jangan lupa ada yang jadi pengkhianat!
Ini mengingatkan kita bahwa kekudusan tidak tergantung pada jasa, budaya, kepribadian, atau pencapaian belaka. Itu adalah karunia. Dan ini menjadi pembelajaran juga bagi kita bahwa dalam kehidupan kita tidak selalu berjumpa dengan orang yang 100 persen seperti yang kita inginkan. Namun keberagaman menjadi kekayaan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, bila kita berpandangan secara positif. Lihat, apa yang dihasilkan kelompok yang aneh ini bersama Yesus dan bertahan sampai saat ini!