Remah Mingguan

KATAKAN TIDAK KEPADA IBLIS

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 6 Maret 2022, Minggu Prapaskah I Tahun C
Bacaan: Ul. 26:4-10Mzm. 91:1-2,10-11,12-13,14-15Rm. 10:8-13Luk. 4:1-13.

“Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

(Luk 4: 12)

Salah seorang teman sangat ingin memiliki sebuah kamera DSLR. Ketika suatu hari ia “scrolling” instagramnya, ada yang menawarkan kamera Canon DSLR, hanya Rp. 500.000,00! Begitu besar keinginannya sehingga ia segera mentransfer uang Rp 500.000,00 ke rekening yang tertera di situ. Ketika ia menghubungi nomor hp yang tertera di situ mulailah suatu dialog, yang mengatakan, agar kamera itu segera dikirim perlu mentransfer uang sekian-sekian untuk alasan ini dan itu. Sudah pasti ia kena jebakan batman! Maka ketika teman itu menyampaikan apa yang sudah dialaminya dengan gampang saya katakan: “Kowe kena tipu!”

Dalam hidup, ada orang yang mempunyai prinsip, gunakan apa yang anda miliki, gunakan segala kesempatan, untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Namun dalam Injil hari ini Yesus menunjukkan bahwa prinsip menggunakan apa saja yang kita miliki dan gunakan segala kesempatan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan tidak selalu benar. Pada kenyataannya, jika prinsip itu diterapkan tanpa menempatkan Allah lebih dahulu, itu akan menjadi prinsip dunia, cara kerja si jahat, sebuah cara hidup yang harus ditolak seperti yang Yesus lakukan.

Injil kita hari ini mengisahkan godaan yang dialami Yesus di padang gurun. Ada tiga godaan: mengubah batu menjadi roti, menyembah Iblis, dan menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah. Dalam setiap godaan itu yang dikatakan Iblis kepada Yesus adalah: “Ayo, gunakan apa yang Kaumiliki dan Engkau akan mendapatkan apa yang Engkau inginkan!” Dan dalam setiap godaan itu Yesus mengatasinya dengan menjawab: “Tidak! Kita hanya dapat menggunakan sarana-sarana dan cara Tuhan untuk memenuhi kebutuhan yang Tuhan berikan atau untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidup kita.”

Dalam godaan yang pertama, Yesus baru saja berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun dan Ia merasa lapar. Maka Iblis membisikkan kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti,” (Luk 4: 3). Perhatikan bahwa hal pertama yang ditaburkan dalam benak Yesus adalah keraguan, “Jika Engkau Anak Allah.” “Yakinkah Engkau bahwa Allah besertamu?” Hal yang sama terjadi di taman Eden. Hal pertama yang dikatakan oleh si penggonda kepada Hawa adalah: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kej 3: 1). Godaan selalu mulai dengan keragu-raguan. Yesus mengatasi godaan-godaan dengan menolak untuk mengikuti keragu-raguan seperti itu dan berdiri atas Sabda Allah.

Perlu kita perhatikan bahwa kita digoda dengan apa yang kita butuhkan atau kita inginkan. Sesudah berpuasa, Yesus butuh makan. Maka Iblis menggoda-Nya dengan makanan. Tidak berdosa bagi Yesus jika Ia makan sesudah berpuasa. Dosa terletak pada bagaimana makanan itu diperoleh. Haruskah Ia mengikuti cara yang biasa, yang normal atau Ia harus mengambil jalan pintas seperti yang diusulkan oleh Iblis, mendapatkan roti secara instant? Yesus menolak jalan pintas yang disodorkan oleh Iblis. Cara kita memenuhi kebutuhan kita harus menurut Sabda Allah. “Makan” Sabda Allah lebih penting daripada makan roti. “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja,” (Luk 4: 4)

Dalam godaan yang kedua Iblis memperlihatkan kepada Yesus seluruh kerajaan dunia dan berjanji akan memberikan kepada-Nya kuasa atas semuanya itu jika Yesus menyembah dia. Ingat bahwa Yesus hendak mengawali hidup publiknya dan sedang mencari cara agar seluruh dunia mengenal-Nya dan menerima warta-Nya. Sekali lagi Iblis menggoda Yesus untuk menggunakan apa yang Ia miliki (hati-Nya, jiwa-Nya) untuk mendapatkan apa yang Ia inginkan (loyalitas seluruh dunia). Sekali lagi Yesus berkata “Tidak!”. Tujuan tidak menghalalkan cara. “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Luk 4: 8).

Dalam godaan yang ketiga, Iblis meminta Yesus menjatuhkan diri-Nya dari bubungan Bait Allah sebagai cara untuk membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah. Ingat bahwa orang minta kepada Yesus sebuah tanda untuk membuktikan bahwa Ia adalah Mesias, Sang Juruselamat. Yesus ingin meyakinkan mereka bahwa Ialah Sang Mesias. Tetapi bagaimana? Iblis menyarankan sebuah cara yang sensasional dan spektakuler, terjun bebas dari bubungan Bait Allah. Sekali lagi, gunakan apa yang anda miliki untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Ayo, gunakan kuasa supernatural-Mu agar orang mengenal-Mu dan percaya bahwa Enngkau adalah Anak Allah, Sang Mesias! Dan sekali lagi Yesus berkata: “Tidak!” Allah-Nya Yesus Kristus bukan Allah sensasional tetapi Allah yang bekerja melalui yang biasa, keseharian hidup. “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Luk 4: 12).

Dalam sebuah katekesenya Paus Fransikus pernah berkata: “Jangan terlibat dalam dialog dengan Setan!” Setan menerobos ke dalam kehidupan manusia untuk menggoda kita dengan usul-usulnya yang menarik. Iblis, mencampur suaranya sendiri dengan banyak suara lain yang mencoba menjinakkan hati nurani kita dan pesan datang kepada kita dari banyak tempat yang membujuk kita untuk menempuh jalan alternatif selain jalan Allah.”

“Jalan itu mungkin memberi kita sensasi menjadi mandiri, menikmati hidup sebagai tujuan itu sendiri. Namun, semua ini adalah ilusi, dan semakin kita menjauhkan diri dari Allah, semakin kita tidak berdaya dan ketidakberdayaan itu semakin kita rasakan ketika menghadapi masalah eksistensial yang besar.”

Maka, katakan TIDAK kepada Iblis!

Author

Write A Comment