Sabda Hidup
Minggu, 31 Januari 2021, Minggu Biasa IV
“Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat,”
(Mrk 1: 21 – 22).
Yaklep baru pulang kampung. Selama ini dia sekolah di Jawa.
Untuk menuju ke kampung, perjalanan harus menyeberangi sungai yang lebar.
Obet yang sehari-hari bekerja sebagai tukang perahu membawa Yaklep menyeberang.
Selama ini Obet cuma tinggal di kampung dan tidak sempat mengenyam bangku sekolah.
Obet: Adek, baru pulang dari mana?
Yaklep: Dari Jawa, Kakak. Sa ada sekolah di sana.
Obet: Oooo…. berarti ko so pintar ini….
Merasa dipuji dan merasa lebih pintar, kepala Yaklep semakin membesar.
Yaklep: “O tentu saja…. Kakak tra sekolah to? Kakak tahu Biologi?”
Obet geleng kepala.
Yaklep: “Baru Sosiologi”?
Obet geleng kepala lagi.
Yaklep: “Baru Antropologi”?
Obet geleng kepala (tapi dalam hati sudah mulai panas).
Sampe di tengah sungai tiba-tiba arus menjadi semakin kuat. Rupanya ada banjir dari hulu dan perahu terombang-ambing hendak dihempaskan oleh arus.
Obet berjuang keras mendayung perahu.
Yaklep mukanya mulai semakin gelap karena pucat.
Obet, sambil berjuang mendayung perahu: “Adek, Ko tau pelajaran Berenangologi”?
Yaklep geleng kepala.
Di tengah derasnya arus Obet berteriak: “Kalau ko tratau pelajaraan Berenangologi itu nanti ko Tenggelamologi trus ko Matiologi…
***
Penginjil Markus mengatakan kepada kita orang banyak takjub mendengar pengajaran Yesus, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mrk1:22). Orang melihat bahwa Yesus mengajar atas cara yang berbeda dengan yang lain. Jika ahli-ahli Taurat dan para Farisi hanya sekadar “menterjemahkan”, “mentransfer” atau “menginterpretasikan” Sabda Allah, Yesus berkata-kata sebagai seorang yang berkuasa.
Dia mengajar dengan keyakinan akan kebenaran dari apa yang Ia katakan. Tindakan-Nya dan keyakinan-Nya pada apa yang Ia katakan membuat kagum orang-orang yang hadir. Yesus mempunyai kuasa sendiri dan mereka nampaknya menyadarinya.
Ketika orang yang kerasukan roh jahat itu berbicara dan Yesus mengusir roh jahat itu, mereka diyakinkan dan benar-benar kagum… “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” (Mrk 1: 27).
Perhatikan bahwa orang yang kerasukan roh jahat itu berteriak “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret?” … menyebut nama adalah upaya untuk memiliki kuasa atas Yesus karena dalam kepercayaan umum pada masa itu, mengetahui nama orang lain adalah untuk memiliki kuasa atasnya. Namun Yesuslah yang mengusir roh jahat itu, Yesus yang memiliki kuasa.
***
Kita hidup dalam dunia yang dibombardir dengan kata-kata – kata-kata yang terucap, kata-kata yang tertulis, kata-kata yang dibumbui dengan macam-macam pemanis dan penyedap, kata-kata yang dibagikan secara digital….. namun… seringkali kata-kata kita itu sering murahan, kadang-kadang tidak ada efek, tak jarang penuh kepalsuan, bahkan ada yang penuh kebencian….dijual lagi…, dan seringkali juga cuma omong kosong.
Kata-kata kita penuh kuasa ketika kata-kata dan perbuatan kita keluar dari hati dan jiwa kita sendiri. Apa yang kita katakan, kita olah terlebih dulu dalam batin, menyatukan kata dan tindakan sebelum menyampaikannya kepada orang lain agar dilihat, dibaca dan diapresiasi. Berkata-kata dengan kuasa berarti menyampaikan hidup sendiri, menyampaikan apa yang kita hidupi.
Kata-kata kita penuh kuasa jika kita “walk the talk.” Kita konsisten antara kata dan tindakan. Dengan itu kita menjadi orang yang mengatakan KEBENARAN. Tidak ada tempat untuk kebohongan dan kepalsuan!
Dengan mengatakan kebenaran, kita menjadi otentik, sebab kita meanpilkan kesejatian kita tanpa dipoles dan dibumbui kebohongan untuk menaikkan pamor.
Apakah saya hidup otentik? Apakah saya menghidupi apa yang saya katakan? Apakah saya mengatakan kebenaran?
***
Seorang pemuda menceriterakan pengalamannya. Ayahnya berkata kepadanya: “Anak, satu hal yang amat sangat tidak boleh kamu lakukan: pergi ke tempat judi dan hiburan malam!”
“Kenapa ayah?” tanyanya dan ayahnya menjawab: “Sebab kamu akan melihat hal-hal yang tidak patut kamu lihat.”
“Suatu hari, ketika saya punya uang,” kata pemuda itu, “saya pergi ke tempat judi dan hiburan malam.”
“Ayah saya memang benar,” katanya “di sana saya melihat hal yang tidak patut saya lihat: ayah saya!”
Jika anda ingin agar kata-kata anda berkuasa, sertai keteladanan!
Bacaan Misa hari ini: Ul. 18:15-20; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; 1Kor. 7:32-35; Mrk. 1:21-28