Sabda Hidup
Senin, 12 September 2022, Senin Pekan Biasa XXIV
Bacaan: 1Kor. 11:17-26; Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,17; Luk. 7:1-10.
“Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”
(Luk 7: 6 – 7)
Kasih dan keselamatan Tuhan tidak dikhususkan untuk agama, golongan, kelompok, suku atau bangsa tertentu. Orang-orang Yahudi selalu menganggap diri sebagai umat pilihan Allah dan memandang orang asing sebagai kafir dan najis. Upacara-upacara penyucian atau pentahiran kebanyakan dibuat untuk mentahirkan mereka dari barang-barang atau tempat-tempat yang disentuh oleh orang kafir dan telah menjadi najis. Jika seorang Yahudi mengadakan perjalanan ke wilayah orang kafir, ketika ia keluar dari wilayah itu, harus mengebaskan debu dari kaki mereka, sehingga tak sebutirpun debu orang kafir akan dibawa masuk ke tanah suci.
Pemahaman seperti itulah yang menjadi latar belakang kisah indah yang diceriterakan oleh Lukas, bahwa seorang perwira yang adalah orang asing (kafir) menunjukkan perhatian amat besar bagi hamba atau budaknya. Lukas menampilkan perwira asing ini sebagai orang baik yang juga memelihara hubungan baik dengan tua-tua Yahudi. Kemudian, ia mengakui imannya akan kuasa Yesus – kepercayaan penuh kepada kemampuan Yesus mengusir kuasa-kuasa jahat – sebab, penyakit dimengerti sebagai akibat dari kuasa-kuasa jahat. Ia juga mengakui ketidaklayakannya menerima Yesus di rumahnya. “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” kata Yesus mengagumi iman orang asing ini.
Lukas, yang menyertai Paulus dalam misi penginjilan di antara bangsa-bangsa non Yahudi, percaya dengan pasti bahwa misi Yesus tidak hanya terbatas pada orang-orang Kristen Yahudi saja. Orang-orang kafir, orang-orang asing juga mempunyai iman yang besar kepada Yesus dan percaya bahwa Yesus dapat menyelamatkan mereka dari kuasa jahat dan maut. Dalam Kisah Para Rasul, Lukas menceriterakan kisah yang sangat menyentuh bagaimana Kornelius, seorang perwira asing dan seluruh penghuni rumahnya menerima baptisan dari Petrus. Sungguh, keselamatan Tuhan adalah undangan terbuka bagi seluruh umat manusia. Tuhan kita bukanlah Tuhan Katolik saja. Belas kasih dan kerahiman-Nya terbuka bagi seluruh alam semesta.
Doa perwira asing, “Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang di bawah atap rumahku…tetapi sepatah kata saja…” menjadi doa kita – kita doakan setiap kali kita mempersiapkan diri untuk menerima Ekaristi. Mari kita doakan itu dengan sepenuh hati. Biarlah teladan dari perwira ini menginspirasi kita untuk menerima saudara-saudari yang tidak mempunyai iman yang sama, menerima semua orang, dengan tangan dan hati terbuka.