Sabda Hidup
Jumat, 14 Mei 2021, Pesta St. Matias Rasul
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
(Yoh 15: 12 -14)
Yesus mengartikan kasih dalam konteks persahabatan dengan kerelaan untuk memberikan diri secara total. Bagaimanakah kasih seperti itu mungkin dan dapat kita hidupi? Itu mungkin karena Allah menciptakan kita dalam kasih dan karena kasih. Kita diciptakan karena kasih. Itulah alasan dan tujuan keberadaan kita.
Kitab Suci mengatakan kepada kita bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh 4: 8), dan semua yang yang Ia perbuat untuk kita mengalir dari kasih-Nya itu. Ia begitu mengasihi kita sehingga Ia mengaruniakan Putera-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita, untuk menyatakan kasih yang begitu besar itu.
Kasih Allah itu kekal, tak terpengaruh oleh situasi atau keadaan yang selalu berubah. Kasih-Nya adalah kasih abadi yang berkuasa mengubah kita menjadi serupa dengan-Nya dalam segala aspek kemanusiaan kita. Yesus memberikan perintah kepada murid-murid-Nya: “Hendaklah kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu.” Itu adalah cara baru dalam mengasihi dan melayani satu sama lain. Mengasihi sesama kini dimengerti dalam kontkes kasih Allah. Kasih Yesus sepenuhnya ditujukan untuk kebaikan kita. Kasih kita kepada Allah dan kerelaan kita memberikan diri bagi sesama adalah tanggapan kita terhadap kasih Allah yang melimpah ruah dalam diri Kristus.
Maka, apa makna dari perintah Yesus untuk saling mengasihi? Tuhan menghendaki kita memiliki kasih dengan kekuatan untuk mengatasi ketidakpedulian dan cinta diri. Itu adalah pemberian diri secara total bagi sesama, kasih yang tulus, memberikan diri demi kebaikan sesama. Jika kita membuka hati kita bagi kasih Allah dan mematuhi perintah-Nya untuk mengasihi sesama, maka kita akan memahami kasih-Nya secara lebih penuh dan hidup lebih baik dan bermakna.
St. Matias yang kita rayakan pestanya hari ini, jelas bahwa ia hanya diterima masuk dalam Komunitas Keduabelasan, apabila menghayati persahabatan itu, khususnya siap menyambut kasih Sang Guru dan tinggal dalam Kasih itu. Ia dituntut juga untuk mengambil sikap penuh cinta kasih di tengah Komunitas Para Rasul; bahkan siap mengorbankan nyawanya bagi Komunitas Yesus Kristus, sebab ia juga dipanggil menjadi Sahabat-Nya. Matias diundang untuk memiliki kerendahan hati dengan mengakui, bahwa Tuhanlah yang memilihnya menjadi bagian para rasul. Ia wajib “mengasihi para Rasul”, sesuai dengan pesan Tuhan Yesus.
Apakah kita mau menyambut persahabatan yang ditawarkan oleh Yesus? Apakah kita siap mewartakan persahabatan itu kepada semua orang yang kita jumpai? Apakah kita siap mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita?
Bacaan hari ini: Kis. 1:15-17,20-26; Mzm. 113:1-2,3-4,5-6,7-8; Yoh. 15:9-17.